Minggu, 22 Maret 2015

MELODI C MINOR BERSAMA SECANGKIR KOPI

Tidak menemukan titik fokus
Jiwa ini terus dibawa mengalir bersama melodi
dan aroma secangkir kopi...

indah
yah, begitulah melodinya...
melodi jiwa yang penuh harapan...

"kenapa kamu hadir saat ini?" tanyaku kepadanya
"karena seperti tuts piano ini, harus tepat dengan tempo yang pas, itulah kehadiranku
saat ini..."
hhhaa... "kamu ada-ada saja" kataku dengan terus menahan debaran jantung dengan melodi yang pas
takarannya,

seperti secangkir kopi yang sedang kuseduh dalam cangkir...
kudidihkan airnya terlebih dahulu, lalu kusendok kopi manggarai yang terasa pahit dan sedikit asam, masing-masing cangkir kuberi dua sendok kecil bubuk kopi...

"apakah kamu suka kopi pahit tanpa gula ini?" pertanyaan keduaku sambil berhati-hati kuseduh kopi dan kuaduk perlahan dengan sendok kecil, kucium aromanya...
begitu menenangkan...

"Entahlah, sebenarnya aku terbiasa minum secangkir cappucino... tapi kau tau, rasa pahit itu ternyata bisa kita pelajari, dan aku belajar darimu.." katanya

"hhaa... dasar kau ini, tapi aku memang benar-benar berusaha keras memperkenalkanmu padanya dan dengan sejuta filosofi tentangnya..." kataku memberi kesan serius berusaha agar dia penasaran dengan kalimat selanjutnya.

inilah bagian yang aku suka dari secangkir kopi, kita tidak pernah berhenti hanya pada dua kalimat pertanyaan dan tiga baris kalimat jawaban, dia akan senantiasa menemani kita hingga berjuta kalimat mengalir. mengalir seperti Melodi C Minor yang terus bergetar lembut dalam gendang telinga, dan kau tahu irama detak jantungku saat ini? cukup membuat bibirku terus tersenyum, apakah karena melodi nya ataukah karena... :)

"coba kau ceritakan filosofi kopi mu itu..." pintanya

"akh.... aku sering menyebutnya dalam status fb ku, dalam catatan-catatan blog ku, tweet er... sepertinya jika aku harus mengulangnya lagi saat ini, maka akan ada ribuan kalimat tentang kopi yang akan semakin orang-orang tahu. termasuk kamu..." kusodorkan cangkirnya perlahan, kuberikan padanya cangkir berisi kopi, asapnya masih mengepul dengan aroma kopi yang semerbak.

"memang kenapa jika kau ulang lagi untukku? apakah terlalu enggan? terlalu bosan?"

"tidak.... tidak, bukan itu, tapi aku ingin mendengar kalimat yang belum selesai kamu sampaikan, rasa pahit itu bisa kita pelajari..." kalimatku memintanya melanjutkan dengan kalimatnya

inilah kalimat-kalimat yang semakin
mengalir deras, apakah kami bosan?
tentu tidak,

karena, kamu harus ada di dalam karkaternya
dan dengan kondisinya,
sehingga kamu akan tahu,
kamu akan mengerti  bahwa
kami tidak pernah mengerti BOSAN. :)

"rasa pahit itu... akan terasa jika kita tidak berani meneguknya, dan jika kita hanya sekali meneguknya...
aku belajar darimu, bertahan terus meneguk kopi pahit ini, sampai benar-benar selesai satu cangkir kopi ini
dan yang tertinggal hanya menyisakan ampasnya..
dan kau tahu, dalam proses aku menghabiskannya, tidak hanya pahit yang aku rasakan
seperti kopi manggarai ini
terkadang terasa rasa asam, tapi kadang pula terasa asin, sedikit sekali manis...
kamu heran?" katanya

"benarkah kamu menemukan rasa manis?" kataku heran

"itulah yang membuatku heran dan penasaran, sehingga untuk menemukan rasa manis dalam secangkir kopi ini begitu berharga...
dan aku akan memintamu menyeduh gelas kedua untukku, ..."

hhaaa..." itu hanya alasanmu untuk meminta secara cuma-cuma kopi ini.." kataku tersenyum,
seperti melodi ini, raut muka dan detak jantungku naik turun dengan tempo yang pas...

"ya begitulah... kamu jangan protes, ini lidahku bukan lidahmu... " katanya

"belajar dari rasa pahit,
bukan untuk mengeluhkannya... " "iya kan?" tanyanya padaku

"hemm.. yah"

"tapi disana kita akan menjadi sangat bersyukur walau rasa manis sangat sedikit kita temukan...
sangat berharga, pahit membuat kita bersiap untuk mengernyitkan dahi... lihat aku"
katanya memintaku menatap matanya,

aku tatap matanya yang tajam, 
seperti melodi c minor dan seteguk kopi yang baru kutelan
tatapan mata itu mengalir
menuju satu pusat secara bersamaan
jantungku...
deg

hohhh... untunglah jantungku punya pelapis daging yang tahan 
sehingga tidak membuatnya sampai bocor
dan berdarah-darah...

aku tertawa pula menatapnya mengernyitkan dahi, pipi dan mulutnya...
"kamu seperti Mr.Bean.."

"apa??... hhmmm...." dia berfikkir sejenak "bisa jadi..." katanya tertawa

akh, secangkir kopi kau membuat kami asyik masyhuk menghabiskan setiap detik waktu
dan tidak terasa menuju menit dan jam...

dia melanjutkan kalimatnya dengan serius "pahit... itulah kita, memiliki sisi pahit, kita harus siap menerima itu, bukan?"
"ada dedak yang tertinggal itulah masa lalu... "
"aku berterima kasih padamu, kau mengatakan dan mengenalkan bahwa kopi ini pahit...
itu hanya menjadi kalimat yang menguji keberanian ku menghadapinya, bukan? kamu hanya menguji ku untuk dapat menerimanya.. aku yakin itu"

aku hanya tersenyum senyum saja, dengan setiap kalimatnya yang seolah-olah kopi ini adalah bagian dari hidupnya, makhluk hidup yang sangat akrab dengannya...

melodi c minor... hampir habis,

"sekarang aku beritahu filosofi aku tentangnya, maukah kamu mendengarnya lagi?"

"tentu saja... inilah fungsi telinga untuk mendengarkan, dan mulutmu untuk mengungkapkan...
dan kita berdua punya hati... untuk apa?"

aku tersenyum dan menggeleng, sepertinya wajahku memerah...
akh, dia memang selalu bisa membuatku seperti ini...

"hati kita untuk saling merasakan dan memahami, disitu terletak kehidupan, jika dia mati...
maka matilah kita" dengan logat yang dibuat lucu

:) cukup tersenyum senyum, aku dengan malam ini,
melodi c minor hampir di ujung suara bersama secangkir kopi yang tinggal seteguk...

filosofiku dengan secangkir kopi hitam, 
aku ingin apa adanya 
sepertinya...
tidak kututupi rasa pahitnya....
menutupinya dengan manis gula,
biar kau rasakan sendiri bagaimana aku apa adanya...

dan secangkir kopi hitam ini
tidak ingin membuatmu repot
menutupi ampas dan menghilangkannya
biarlah kamu tahu bahwa aku punya dedak
dan mungkin terkadang kamu meneguknya
dan terasa geli di tenggorokan...

secangkir kopi hitam yang apa adanya, sederhana, kuat, tegar dan tajam serta membuatmu semangat menjalani hari... :)

kuteguk kopi terakhirku,

dia terdiam...
menatap kopi terakhirnya...

"kenapa kamu diam membisu?" tanyaku heran melihatnya

"aku takut meneguk kopi terakhirku..." katanya padaku

"memangnya kenapa?"
melodi c minor sudah benar-benar habis

"saat aku teguk dia, maka kita berdua tidak ada disini lagi,
kita akan berpisah, dan kau tahu apa yang kuinginkan saat ini?
yaitu terus bersamamu, disampingku...
jika kuteguk kopi terakirku,
maka dia adalah menit yang akan merbuah segalanya tentang
realitas..."

"boleh aku meminta sesuatu kepadamu untuk malam ini?'
kataku dengan debar jantung yang mulai tidak menentu..
ingin terus kutatap wajahnya

"apakah itu?" katanya

"jangan tutup episode ini dengan sesuatu yang akan membuat orang lain merasa sedih,
tegukkan terakhirku tadi rasanya manis sekali.."
kata-kata ku meyakinkanya dengan penuh harap.

"hhaaa.... kalau begitu, tidak akan kuhabiskan tegukan terakhirku,
biar kan dia hanya habis oleh sang waktu...
dan untuk sementara, kamu dan aku harus yakin bahwa saat ini
hati kita saling merasakan kehidupan
di dalamnya,
kita benar-benar hidup..."

#secangkir kopi hitam





Tidak ada komentar:

Posting Komentar