Selasa, 17 November 2015

Pangeran Katak Di Tepi Danau

Pangeran Katak Di Tepi Danau
 
Plup..pluuup..plup
Batu-batu kecil terlempar ke tengah danau
Gelombang air berbentuk lingkaran tercipta

Kyaaaa….
Andromeda tersenyum girang
Di bertepuk tangan, berdiri lalu melompat-lompat
Gaunnya yang longdress ala princess terkembang-kembang
Dengan rambut kucir kudanya pun berayun-ayun…
Dia kemudian terduduk kembali di pinggir danau,
Di atas rumput hijau…
Menatap tak bergeming air danau yang berwarna orange
Tersorot matahari senja…
Diam sejenak tak bergeming

Kroook…kroookkk….kroook

Dia sedikit terkejut
Lalu memicingkan matanya dan mencari ke segala arah
Suara yang membuyarkan lamunannya…

Kroook…kroookkk….kroook

Katak…
Gumamnya dalam hati….
Kenapa kau sendirian di tepi danau ini? Apakah kamu seperti ku? Mencari ketenangan dan aku bahagia melihat danau ini? Aku bahagia dengan batu-batu kecil itu? Aku bahagia melihat gelombang air danau

Kroook…kroookkk….kroook

Meda, mengernyitkan dahi nya…
Apakah kamu mengerti apa yang aku fikirkan?
Bisik dia dalam hati

Iya…
 Kroook…kroookkk….kroook
 Jawab katak…
 Aku  bahagia di tepi danau ini, danau ini selalu menrik dan membuat aku rindu untuk berlama-lama disini Kroook…kroookkk….kroook

Meda, tersenyum girang…
“kalau begitu, hari ini kita berteman…. Aku akan datang tiap senja hari kamis ke danau ini” kata meda dengan suaranya pada katak
Kroook…kroookkk….kroook iya

***
Kamis yang ke lima meda dan pengeran katak sekarang berteman baik…
Diskusi banyak hal…
Meda menceritakan banyak kesehariannya dalam seminggu
Begitu pun pangeran katak…
“pangeran, cahaya itu tenggelam kemana ya rasanya aku ingin ikut”
Kroook…kroookkk….kroook
“aku tidak tahu… tapi nenek buyut kami menyimpan sebuat telur emas yang nanti akan membuat kita tahu banyak hal”
“memang aku boleh memakan pil itu? Aku mau…” kata meda girang sambil mengepalkan kedua tangannya dan menutupkannya pada mulutnya, matanya memancar kegirangan
Kroook…kroookkk….kroook
“ya tapi itu hanya untuk katak, kalau untuk manusia sepertimu aku tidak tahu bagaimana akibatnya”
Kroook…kroookkk….kroook


Tiba-tiba keraguan muncul diantara keduanya,
Tapi rasa penasaran itu menggantung seiring cahaya senja yang mulai menarik diri menutupnya dengan kegelapan

***
“katak, aku ingin mengajakmu tinggal bersama ku, dirumahku, atau kamu tinggal lah di dalam aquarium disana banyak juga teman-temanku”
Kroook…kroookkk….kroook
Dibawah sana aku seorang pangeran meda, aku tidak mungkin jauh-jauh dari kerajaanku, nanti raja dan ratu mencariku dan mengerahkan semua pasukan untuk mencariku…
Kroook…kroookkk….kroook

“iya, tapi kadang aku butuh kamu yang bijak pangeran, dan  selalu membuatku senang, disana aku pusing…” meda menunjukkannya pada pangeran katak dengan memegang kepalanya menggunakan kedua tangannya

Kroook…kroookkk….kroook
“hhhaaa…. Santai meda kaya di pantai…”

“memang kamu pernah ke pantai pangeran?”

Kroook…kroookkk….kroook
“yaaa… saat ada pertemuan berbagai kerajaan katak, kami berkumpul disana, dan itu terjadi saat musim kemarau”
Kroook…kroookkk….kroook

“waahh… aku ingin menjadi katak dan ikut pertemuan itu”

Kroook…kroookkk….kroook
“kamu bisa jadi katak….” Kroook…kroookkk….kroook

“eehh.. benarkah itu pangeran?”

Kroook…kroookkk….kroook
“aku sudah tanyakan pada buyutku… telur emas itu akan menunjukkan kita pada banyak hal, tapi kalau manusia memakannya kamu akan menjadi katak seperti aku”
Kroook…kroookkk….kroook

Meda terdiam
“kalau aku menjadi katak, aku akan ikut bersama kamu? Aku akan berenang ke pantai? Aku akan berkumpul dengan raja dan ratu?”

Kroook…kroookkk….kroook
“iya…” jawab pangeran datar
“tapi, bagaimana ikan di aquariumku, bagaimana burung-burung yang ada di halamanku, bagaimana teman sekolahku, dan aku pasti kangen sama ayah dan ibu”

Kroook…kroookkk….kroook
“itu terserah kamu meda..” jawab pangeran

Meda mengambil sebuah daun hijau yang jatuh dari pepohonan sekitar danau,
Lalu dia simpan di atas air danau
Lalu dia dorong dengan air daun tersebut…
Perlahan-lahan daun menjauh..
Menjauh terus ke tepi danau…
Mata mereka berdua menatap daun yang terus menjauh tanpa lagi ada percakapan….

***
“pangeran … aku semalam bermimpi… masuk ke dalam danau dan ikut berenang bersamamu..”

Kroook…kroookkk….kroook
“ouh ya… terus apa yang kamu lakukan”

“aku bertemu dengan raja dan ratu… mereka ramah, aku senang dengan keluargamu dan aku melihat telur emas”

Kroook…kroookkk….kroook
“apa kamu memakannya?” Tanya pangeran katak masih datar

“tidak!!! Aku hanya menatapnya… raja dan ratu pun menjelaskan soal telur emas itu.. “
Kroook…kroookkk….kroook
“baiklah….”

“setelah bangun dari mimpi, kamu tahu apa yang aku fikirkan katak?”

Kroook…kroookkk….kroook
“tentu saja tidak…”

“aku memikirkan kamu, sebentar lagi musim hujan… aku belum tahu rumahmu dan keluarga kamu, aku tidak mungkin duduk dipinggir danau kalau hujan deras, ibu pasti marah…
Aku takut tidak bisa bertemu denganmu lagi, aku takut kita tidak ngobrol lagi disini, aku takut tidak dapat mendengarmu lagi berbicara, aku takut kamu hilang begitu aja tapi aku tidak tahu apa-apa tentang kamu”
Tiba-tiba kelopak mata meda berair, dan dia menangis

Kroook…kroookkk….kroook
“kenapa kamu takut pada sesuatu yang belum terjadi?”
Kroook…kroookkk….kroook
“danau ini berubah-ubah, kadang airnya banyak kadang sedikit, kadang kita bisa berenang di dalamnya, kadang dia sangat berbahaya, begitu pun musim, semuanya berubah…”
“tidak ada yang tetap di dunia ini meda… kamu tidak usah takut, jika aku pergi nanti ada yang datang lagi di musim semi.. mungkin kamu akan bahagia bermain dengan kupu-kupu dan burung”

“aku takut pangeran katak…
Membayangkan tidak lagi berteman denganmu, aku pasti menangis terus menerus…
Dan kalau melihat danau pasti aku akan teringat sama kamu dan aku pasti akan menangis lagi…”

Kroook…kroookkk….kroook
“akan selalu banyak pilihan meda… kamu ma uterus bersamaku? Maka kau harus makan telur emas ini”
Katak mengeluarkan dari mulutnya sebuah telur emas.
Kroook…kroookkk….kroook

Meda menangis tersedu-sedu…
Dia hanya berani menatap telur emas itu…
Pangeran katak kembali memasukkannya ke dalam mulutnya…

Kroook…kroookkk….kroook
Kroook…kroookkk….kroook
Kroook…kroookkk….kroook
“aku pulang dulu meda…”

***
Beberapa kali meda kembali ke danau
Dia tidak melihat lagi pangeran katak…
“pangeran apa kamu marah? Apakah ada ular yang memakanmu? Apakah kamu berangkat lebih cepat ke pantai melakukan pertemuan kerajan? Apakah kamu tidak mau lagi berteman denganku?”
Katanya ke dalam danau sambil menatap wajahnya di dalam riak air danau…

Tik..tik…tik
Andromeda menangis….
Aku kangen kamu pangeran katak…
Aku tidak mau lagi ke danau
Aku tidak mau lagi menangis
Hujan turun bersama dengan kalimat terakhir Andromeda
Janjinya pada danau

***
“bundaaaaa….. lihat bunda! Danaunya indah”
“ya wawa… hati-hati nanti terjatuh, jangan dekat-dekat danau”

Danau yang tenang tersorot matahari senja
“bunda, ayo kita lempar batu kecil ini ke tengah, siapa yang paling jauh lemparannya… dia nanti yang dapet dua coklat, ayoo bun..”
Kedua tangan itu mengumpulkan kerikil kecil,
Satu… dua.. tiga…
Plul..plup..p[luup..plup
Dua kerikil terlempar menuju danau..
“yeeee.. la.laaaa.. aku paling jauh lemparannya dari bunda…” teriak anak kecil itu
Bunda nya hanya tersenyum..
Ada the javu yang pernah di alaminya…
Saat usianya lima tahun dengan danau ini…

Kroook…kroookkk….kroook
Kroook…kroookkk….kroook
Kroook…kroookkk….kroook

“Bunda… lihat ada katak disana”
Bunda menatap arah telunjuk kecil anak tersebut…

Kroook…kroookkk….kroook
Kroook…kroookkk….kroook
Kroook…kroookkk….kroook

“iya nak… dia katak,…”
“ayo bunda kita panggil dia pangeran katak….”

“iya, kita panggil dia pangeran katak…”

Kroook…kroookkk….kroook
Kroook…kroookkk….kroook
Kroook…kroookkk….kroook

“bundaaaaa…. Waawaaaa… kalian berdua dimana” terddengar suara baritone seorang pria dewasa memanggil

“kami disini ayaaaahh….” Teriak wawa
“ayo wawa… kita ke sana ke ayah… kita harus sudah pulang, langit sudah mulai gelap…” mereka berdua beranjak dari tepi danau

Kroook…kroookkk….kroook
Kroook…kroookkk….kroook
Kroook…kroookkk….kroook

Bunda menatap sang pangeran katak….
Jauh dalam hatinya dia ingin duduk disitu,
Tapi dia tidak memahami banyak hal..
Banyak yang terlupakan di dunia ini…

Kroook…kroookkk….kroook
Kroook…kroookkk….kroook
Kroook…kroookkk….kroook

Suara katak yang kemudian menjadi banyak dan bersahutan
Jarak membuat aku tak mengeti lagi bahasamu


Tidak ada komentar:

Posting Komentar