Tuan Bertopeng
“Ya begitu…”
“Baiklah”
“Ok”
Jarak….
Bahasa itu memberikan jarak…
Atau memang ratusan bahkan ribuan kata pun pada dasarnya
tidak menentukan sebuah jarak?
Jarak itu mendekat
Saat semuanya mengalir tanpa batas,
Tidak ada dinding sekat
Sebuah batas privasi atau batas ini ego ku…
Disaat kondisi ini, aku bahkan mengenal dan masuk ke dalam
ke dunia mu..
Aku pun bercermin!
Bahkan aku pun bisa menangis saat cerita itu kita tertawakan
bersama…
Itulah jarak tanpa batas dan dekat.
Saat jarak itu menjauh…
Semua seolah tak dapat dikenali
Selalu ada batas dan sebuah pertimbangan
“Tidak….”
Sebuah gengsi dan benteng kekhawatiran
Mengikat pada posisi tertentu
Tidak dapt lagi mengenal
Dan tidak dapat membayangkan dunia dan jiwamu…
“Canggung…”
Luna adalah seorang rima ariadeus, kenapa dia harus terjebak
dengan semua perasaan manusia?
Selalu saja rasa sakit dari sayapnya yang patah yang
mengharuskan dia mencari tahu…
Ini tidak berhenti sebelum semuanya terjawab, tapi kenapa
harus dia?
Adakah pil ketidak pedulian di dunia ini?
Bayangan seorang anak terpuruk dalam ruang gelap…
Tangannya hanya menelungkup pada kedua kakinya…
Dan kepalanya tertunduk tak bergeming…
Lihatlah itu kamu tuan bertopeng,
Jiwamu yang ada di dalam sana…
Walaupun kini kau bisa berganti – ganti topeng dan senyum
lebar dan jahil yang kau tunjukkan
Tapi kenapa aku hanya melihat kamu adalah seorang bocah di
sudut ruangan gelap
Jika saja,
Kau sedikit berani menatap mataku…
Aku akan tersenyum...
Dan menggapai tanganmu.
Sekarang,
Dinding dan ruangan itu memberikan jarak,
Ruangan yang dingin dan penuh ketidakpercayaan
Kau menutupnya rapat…
Disini aku terjebak
Pada memory saat jarak itu mendekat..
Ya.. inilah aku pada tubuh manusia
Terbatas pada ketidak tahuan,
Jangan tuntut aku karena aku manusia yang tak sempurna
Dan sudah pasti aku terdakwa,
Tuntutlah Tuhan Dia yang lebih Tahu Segalanya…
Aku hanya menunggu sepertimu…
Aku ingin menunggu dengan jarak yang dekat, teman
Hingga aku pun tahu
Ruang gelap ini tak menjebak ku
Dengan ketidakpercayaan dan ketakutan…
sebuah cahaya terang muncul menyilaukan mata…
kamu tersenyum dan menggapai tanganku dengan tangan kananmu…
sayapmu tampak silau, kawan!
Berjuta topengmu kau genggam di tangan kirimu,
Dan kau pun berkata :
“terima kasih, rasa
sakit mengajarkan aku untuk menjadi lebih kuat”

Tidak ada komentar:
Posting Komentar