Pangeran Katak Di
Tepi Danau
Plup..pluuup..plup
Batu-batu kecil terlempar ke tengah danau
Gelombang air berbentuk lingkaran tercipta
Kyaaaa….
Andromeda tersenyum girang
Di bertepuk tangan, berdiri lalu melompat-lompat
Gaunnya yang longdress ala princess terkembang-kembang
Dengan rambut kucir kudanya pun berayun-ayun…
Dia kemudian terduduk kembali di pinggir danau,
Di atas rumput hijau…
Menatap tak bergeming air danau yang berwarna orange
Tersorot matahari senja…
Diam sejenak tak bergeming
Kroook…kroookkk….kroook
Dia sedikit terkejut
Lalu memicingkan matanya dan mencari ke segala arah
Suara yang membuyarkan lamunannya…
Kroook…kroookkk….kroook
Katak…
Gumamnya dalam hati….
Kenapa kau sendirian
di tepi danau ini? Apakah kamu seperti ku? Mencari ketenangan dan aku bahagia
melihat danau ini? Aku bahagia dengan batu-batu kecil itu? Aku bahagia melihat
gelombang air danau
Kroook…kroookkk….kroook
Meda, mengernyitkan dahi nya…
Apakah kamu mengerti
apa yang aku fikirkan?
Bisik dia dalam hati
Iya…
Kroook…kroookkk….kroook
Jawab katak…
Aku bahagia di tepi danau ini,
danau ini selalu menrik dan membuat aku rindu untuk berlama-lama disini Kroook…kroookkk….kroook
Meda, tersenyum girang…
“kalau begitu, hari ini kita berteman…. Aku akan datang tiap
senja hari kamis ke danau ini” kata meda dengan suaranya pada katak
Kroook…kroookkk….kroook
iya
***
Kamis yang ke lima meda dan pengeran katak sekarang berteman
baik…
Diskusi banyak hal…
Meda menceritakan banyak kesehariannya dalam seminggu
Begitu pun pangeran katak…
“pangeran, cahaya itu tenggelam kemana ya rasanya aku ingin
ikut”
Kroook…kroookkk….kroook
“aku tidak tahu… tapi nenek buyut kami menyimpan sebuat
telur emas yang nanti akan membuat kita tahu banyak hal”
“memang aku boleh memakan pil itu? Aku mau…” kata meda
girang sambil mengepalkan kedua tangannya dan menutupkannya pada mulutnya,
matanya memancar kegirangan
Kroook…kroookkk….kroook
“ya tapi itu hanya untuk katak, kalau untuk manusia
sepertimu aku tidak tahu bagaimana akibatnya”
Kroook…kroookkk….kroook
Tiba-tiba keraguan muncul diantara keduanya,
Tapi rasa penasaran itu menggantung seiring cahaya senja
yang mulai menarik diri menutupnya dengan kegelapan
***
“katak, aku ingin mengajakmu tinggal bersama ku, dirumahku,
atau kamu tinggal lah di dalam aquarium disana banyak juga teman-temanku”
Kroook…kroookkk….kroook
Dibawah sana aku
seorang pangeran meda, aku tidak mungkin jauh-jauh dari kerajaanku, nanti raja
dan ratu mencariku dan mengerahkan semua pasukan untuk mencariku…
Kroook…kroookkk….kroook
“iya, tapi kadang aku butuh kamu yang bijak pangeran,
dan selalu membuatku senang, disana aku
pusing…” meda menunjukkannya pada pangeran katak dengan memegang kepalanya
menggunakan kedua tangannya
Kroook…kroookkk….kroook
“hhhaaa…. Santai meda kaya di pantai…”
“memang kamu pernah ke pantai pangeran?”
Kroook…kroookkk….kroook
“yaaa… saat ada pertemuan berbagai kerajaan katak, kami
berkumpul disana, dan itu terjadi saat musim kemarau”
Kroook…kroookkk….kroook
“waahh… aku ingin menjadi katak dan ikut pertemuan itu”
Kroook…kroookkk….kroook
“kamu bisa jadi katak….” Kroook…kroookkk….kroook
“eehh.. benarkah itu pangeran?”
Kroook…kroookkk….kroook
“aku sudah tanyakan pada buyutku… telur emas itu akan
menunjukkan kita pada banyak hal, tapi kalau manusia memakannya kamu akan
menjadi katak seperti aku”
Kroook…kroookkk….kroook
Meda terdiam
“kalau aku menjadi katak, aku akan ikut bersama kamu? Aku
akan berenang ke pantai? Aku akan berkumpul dengan raja dan ratu?”
Kroook…kroookkk….kroook
“iya…” jawab pangeran datar
“tapi, bagaimana ikan di aquariumku, bagaimana burung-burung
yang ada di halamanku, bagaimana teman sekolahku, dan aku pasti kangen sama
ayah dan ibu”
Kroook…kroookkk….kroook
“itu terserah kamu meda..” jawab pangeran
Meda mengambil sebuah daun hijau yang jatuh dari pepohonan
sekitar danau,
Lalu dia simpan di atas air danau
Lalu dia dorong dengan air daun tersebut…
Perlahan-lahan daun menjauh..
Menjauh terus ke tepi danau…
Mata mereka berdua menatap daun yang terus menjauh tanpa lagi
ada percakapan….
***
“pangeran … aku semalam bermimpi… masuk ke dalam danau dan
ikut berenang bersamamu..”
Kroook…kroookkk….kroook
“ouh ya… terus apa yang kamu lakukan”
“aku bertemu dengan raja dan ratu… mereka ramah, aku senang
dengan keluargamu dan aku melihat telur emas”
Kroook…kroookkk….kroook
“apa kamu memakannya?” Tanya pangeran katak masih datar
“tidak!!! Aku hanya menatapnya… raja dan ratu pun
menjelaskan soal telur emas itu.. “
Kroook…kroookkk….kroook
“baiklah….”
“setelah bangun dari mimpi, kamu tahu apa yang aku fikirkan
katak?”
Kroook…kroookkk….kroook
“tentu saja tidak…”
“aku memikirkan kamu, sebentar lagi musim hujan… aku belum
tahu rumahmu dan keluarga kamu, aku tidak mungkin duduk dipinggir danau kalau
hujan deras, ibu pasti marah…
Aku takut tidak bisa bertemu denganmu lagi, aku takut kita
tidak ngobrol lagi disini, aku takut tidak dapat mendengarmu lagi berbicara,
aku takut kamu hilang begitu aja tapi aku tidak tahu apa-apa tentang kamu”
Tiba-tiba kelopak mata meda berair, dan dia menangis
Kroook…kroookkk….kroook
“kenapa kamu takut pada sesuatu yang belum terjadi?”
Kroook…kroookkk….kroook
“danau ini berubah-ubah, kadang airnya banyak kadang
sedikit, kadang kita bisa berenang di dalamnya, kadang dia sangat berbahaya,
begitu pun musim, semuanya berubah…”
“tidak ada yang tetap di dunia ini meda… kamu tidak usah
takut, jika aku pergi nanti ada yang datang lagi di musim semi.. mungkin kamu
akan bahagia bermain dengan kupu-kupu dan burung”
“aku takut pangeran katak…
Membayangkan tidak lagi berteman denganmu, aku pasti
menangis terus menerus…
Dan kalau melihat danau pasti aku akan teringat sama kamu
dan aku pasti akan menangis lagi…”
Kroook…kroookkk….kroook
“akan selalu banyak pilihan meda… kamu ma uterus bersamaku?
Maka kau harus makan telur emas ini”
Katak mengeluarkan dari mulutnya sebuah telur emas.
Kroook…kroookkk….kroook
Meda menangis tersedu-sedu…
Dia hanya berani menatap telur emas itu…
Pangeran katak kembali memasukkannya ke dalam mulutnya…
Kroook…kroookkk….kroook
Kroook…kroookkk….kroook
Kroook…kroookkk….kroook
“aku pulang dulu meda…”
***
Beberapa kali meda kembali ke danau
Dia tidak melihat lagi pangeran katak…
“pangeran apa kamu marah? Apakah ada ular yang memakanmu?
Apakah kamu berangkat lebih cepat ke pantai melakukan pertemuan kerajan? Apakah
kamu tidak mau lagi berteman denganku?”
Katanya ke dalam danau sambil menatap wajahnya di dalam riak
air danau…
Tik..tik…tik
Andromeda menangis….
Aku kangen kamu pangeran katak…
Aku tidak mau lagi ke danau
Aku tidak mau lagi menangis
Hujan turun bersama dengan kalimat terakhir Andromeda
Janjinya pada danau
***
“bundaaaaa….. lihat bunda! Danaunya indah”
“ya wawa… hati-hati nanti terjatuh, jangan dekat-dekat
danau”
Danau yang tenang tersorot matahari senja
“bunda, ayo kita lempar batu kecil ini ke tengah, siapa yang
paling jauh lemparannya… dia nanti yang dapet dua coklat, ayoo bun..”
Kedua tangan itu mengumpulkan kerikil kecil,
Satu… dua.. tiga…
Plul..plup..p[luup..plup
Dua kerikil terlempar menuju danau..
“yeeee.. la.laaaa.. aku paling jauh lemparannya dari bunda…”
teriak anak kecil itu
Bunda nya hanya tersenyum..
Ada the javu yang
pernah di alaminya…
Saat usianya lima tahun dengan danau ini…
Kroook…kroookkk….kroook
Kroook…kroookkk….kroook
Kroook…kroookkk….kroook
“Bunda… lihat ada katak disana”
Bunda menatap arah telunjuk kecil anak tersebut…
Kroook…kroookkk….kroook
Kroook…kroookkk….kroook
Kroook…kroookkk….kroook
“iya nak… dia katak,…”
“ayo bunda kita panggil dia pangeran katak….”
“iya, kita panggil dia pangeran katak…”
Kroook…kroookkk….kroook
Kroook…kroookkk….kroook
Kroook…kroookkk….kroook
“bundaaaaa…. Waawaaaa… kalian berdua dimana” terddengar
suara baritone seorang pria dewasa memanggil
“kami disini ayaaaahh….” Teriak wawa
“ayo wawa… kita ke sana ke ayah… kita harus sudah pulang,
langit sudah mulai gelap…” mereka berdua beranjak dari tepi danau
Kroook…kroookkk….kroook
Kroook…kroookkk….kroook
Kroook…kroookkk….kroook
Bunda menatap sang pangeran katak….
Jauh dalam hatinya dia ingin duduk disitu,
Tapi dia tidak memahami banyak hal..
Banyak yang terlupakan di dunia ini…
Kroook…kroookkk….kroook
Kroook…kroookkk….kroook
Kroook…kroookkk….kroook
Suara katak yang kemudian menjadi banyak dan bersahutan
Jarak membuat aku tak
mengeti lagi bahasamu


