Sabtu, 13 Desember 2014

MALAIKAT TAK BERSAYAP (Batas Akhir)

MALAIKAT TAK BERSAYAP
-Batas Akhir-


Kematian adalah sebuah jawaban,
Sebuah harapan dari suatu pencarian,
Atau pelarian dari dunia yang tidak diharapkan?

Batas akhir

***
Kenapa hari ini rasa tak menentu? Akhh…

aku rangga seorang mahasiswa psikologi di sebuah universitas di varis van java

Seorang psikolog menurut sebagian orang merupakan pakar dalam membaca karakter orang, tapi sejauh 3 semester mempelajari teori-teori tentang jiwa manusia dan kemudian apa yang terjadi?

Yang terjadi adalah membaca karakter dan perubahan diri saja masih belum mampu…

Seperti pagi ini, dari semenjak bangun, sampai berangkat kuliah pun, entah kenapa, betapa berat kaki ini melangkah…

But, its never mind.. we must go on! Education is number one in my life…

Brrrmmm..bbrrmmm…
Ok! Keep going… keep going…
Halaman rumah semakin jauh ku tinggalkan dengan perasaan tak menentu…
Sesekali dan setiap lima menit sekali, kulirik kaca spion sebelah kanan motorku, entah apa yang kulihat…

Playlist handphone ku memutar sebuah lagu dari evanescence – immortal, suaranya meninggi, kemudian lagu ini pun terhenti sejanak karena suara “beep” menandakan ada pesan masuk…

Ku rogoh handphone dalam saku jaket, lalu beberapa detik pandanganku terpusat pada pesan…
“batas akhir 20 tahun…” seketika jantungku berdenyut kencang…

Dalam kecepatan melebihi kecepatan cahaya,
Memori ini menarik seluruh waktu mundur menuju tiga tahun di belakang…
Lalu meluncur cepat, seperti tersedot ke dalam bumi menuju sepuluh tahun lebih jauh…

Semua perasaan itu menjadi sebuah akumulasi,
Hilang, pencarian, putus asa, tekad dan lari sejauh mungkin…
Semuanya menjadi kilasan-kilasan yang sangat cepat…
Tapi tergambar jelas…

Hingga akhirnya,
Gambaran itu terhenti menjadi sebuah memori slow motion saat kembali menuju gambaran dalam usia tujuh belas tahun…

“Tuhan…
Ambisi telah habis dalam diri, aku jarang memohon padamu dalam hidup ini…
Jika Kau mengijinkan, bolehkah aku pulang saat usia ku menginjak dua puluh tahun?
Akan kutulis dalam kertas ini, kata-kata itu! "aku ingin pulang usia 20 tahun" dan akan kuyakini bahwa Kau akan mengabulkannya, lalu kubakar kertas nya sebagai bukti perjanjian “aku denganMu”..”
Bau kertas terbakar menjadi satu moment tak terlupakan,
Disana terdapat tatapan penuh akan sebuah HARAPAN…

Lalu tiba-tiba,
Waktu kembali pada jarak dan detik ini,
seperti cepatnya memori di tempuh dalam angan…
sebuah peristiwa tak terkendali tak bisa dihentikan.
Seorang anak berlari kencang melintasi jalan raya,
BUGG..!!!!
AKHHHH…
Sebuah teriakan singkat dan lantang, yang kemudian terhenti…

Pandangan ini menjadi buram, gelap dan lemah….
Beberapa detik, terdengar suara orang-orang berkerumun…
Mencoba membuka mata dan yang tampak adalah kerumunan,
Di atas tubuhku dua orang lelaki mencoba membangunkanku,
Tampak pula seorang pria mendorong motorku,
Cat putih dari motorku tampak bercak merah, apakah itu darah?

Dan kini, tubuhku menggigil dingin…
Mataku sudah sepenuhnya hadir,
Tangan ku gemetar tak menentu…
Dalam keletihan berdiri, kucoba membangunkan semua anggota badan…
Dua orang pria tadi mengangkat badanku, 
lalu dengan sempoyongan kuberjalan perlahan
Menuju kerumunan …
Seorang demi seorang menghindarkan tubuhnya, membukakan jalan untukku…

Kulihat kaki tergelak di atas trotoar,
Semakin mendekat, kutatap tubuhnya kian jelas…
Terus semakin mendekat, lalu tampak wajahnya yang pucat tak bernapas…
Kepalanya bersimbah darah….

Tak dapat dihentikan! Aku pun terhenyak…
Gemetar, lalu menangis….

Dan kemudian bangkit dari tidurku…
Dalam tangisan alam mimpi…

Disini, aku menangis, tangisan yang ku bawa dari alam mimpi…

Semuanya hanya MIMPI….

BERSAMBUNG

“kamu kenapa rangga? Akhir-akhir ini sepertinya lu lagi banyak pikran gitu?”

“oh, lumayan… lagi target menyelesaikan banyak hal..”

“emang lu mau kemana brow??”

“hhaa… ya kaga kemana-mana tapi, feeling saya bilang banyak hal yang harus cepat disekesaikan..”

“dalam berkarya butuh ketelitian dan kesabaran.. jangan terburu-buru”

“hhee… tapi tetap harus punya target kan? Oi… mana dea,  saya ga lihat dia dari pagi..”

“ah… penyakit lama dia kambuh lagi..”

“hah.. dia sakit? Kemarin pas kumpul seperti sehat-sehat saja…”

lu lihat ga,  kerjaan dia ga beres? Kemarin dia cuma chatingan mulu sama si Andre… penyakit dia gitu, kalau udah demen sama cowo lupa deh segalanya, bahkan mimpi, tanggung jawab, kerjaan… kesel gue sama dia “

“kemarin udah gue tegur, tapi malah ngeyel sambil bercandain gue.. kaga penting banget tuh anak…”

“ouh… mungkin memang lagi masanya aja, asal diberi penjelasan dan tugas yang jelas aja plus deadline, lalu di evaluasi. Pasti target kita selesai untuk menyelesaikan miniature bangunan ini, sebelum kita kirim ke Paris, dan menurutku bersikap seperti itu pendewasaan juga buat kita dalam kehidupan bersosial” kata rangga sambil membetulkan kacamatanya

“lu udah kaya bapak guru aja… hhaa, yang jelas gue ga suka orang yag ga konsisten dan bertanggung jawab… gue bakalan keluarin dia dari tim, kalau dia ga maksimal… disini di area mimpi kita, kita baru permulaan brow, untuk beginning aja udah ga konsisten gmn mau sukses…”

“tapi kenapa kamu ga coba pendekatan personal, bukankah sebuah kreatifitas, karya seni itu membutuhkan hati yang maksimal dan kecintaan untuk mengerjakannya? Bukan hanya sebatas tekanan?”

“lu ngomong gitu rangga? Lu sendiri… menekan gue harus menyelesaikan ini dengan cepat, sinting lu.. !” kata donna kesal

Hari ini tak membuahkan hasil apapun, di ruangan yang biasanya ramai dengan imaginasi ini, terasa berbeda, hilang dan senyap.

Aku ga bisa menjelaskan pada donna, tentang mimpi yang aku buat sebelum mimpi dengannya terukir…

Mimpi lima tahun lalu, mimpi yang aku batasi sampai 20 tahun.. dan bulan depan adalah batasnya.. tapi mungkinkah, kertas yang terbakar itu mejadi sebuah kenyataan..

Benarkah bulan depan nanti, di saat tepat hari lahirku yang ke 20, itulah batas mimpiku? Tuhan apakah Kau mengabulkannya?
Tak jauh aku bermimpi… tak banyak yang terselesaikan… lalu benarkah batas akhir itu tepat sebulan lagi…
Aku menatap donna, perasaan bersalah, aku tak mau meninggalkannya sebelum ini selesai, aku ingin bersamanya
mengiringinya menggapai mimpi..
Tapi mimpi donna selalu bias untukku…
Terlalu jauh antara aku dan dirinya dalam memahami…

***

Besok 01 Januari, tepat semua orang merayakan tahun yang baru…
Besok adalah penentuan bagiku…
Pembuktian apakah secarik kertas, saksi dari sebuah mimpi tertulis
Apakah akan tercapai atau tidak sama sekali…
Mimpi yang kutulis “Batas akhir hidupku adalah 20 tahun… cukup.”
Kutatap ruangan ini…
Bangunan itu hampir selesai…
02 Januari harus selesai untuk perlombaan internasional…
dua hari lagi… sayap akhir bangunan ini yang belum selesai…

Sebuah bangunan yang kami beri nama istana “Malaikat Seribu Sayap”
Bangunan yang sangat fantastis, dengan nuansa putih,
seperti halnya malaikat jibril yang bergelar al kuwah yang Kuat, Perkasa dan begitupun bangunan ini…
pondasinya kuat dan setiap bahan-bahan yang kami campur didalamya sangat berbeda, campuran perekat temboknya kami beri campuran putih telur..
seperti bangunan piramida di Mesir yang sangat ajaib...
Istana kami akan menjadi istana yang paling fonumenal di abad ini…

Kami tinggal memberikan seribu sayapnya di kiri dan kanan istana,
Dan sempurnalah ia sebagai karya kami dari sebuah mimpi besar dalam pusaran alam semesta…
Tapi besok, aku tidak tahu
sebuah batas akhir?
Tinggal dua jam lagi…. Sampai tengah malam

“yoa andre… lu mau ke studio kita? Gue tunggu deh.. ya.. kita juga mau rehat sejenak dan menikmati pergantian malam tahun baru.. sini dong temenin gue, lagi ga mood banget… maybe stress karena besok pekerjaan kita harus segera selesai”

“dea.. mana dua sayap tadi… “ tanya donna ketus

Dalam aba-aba gerakan mulut dan bahas tubuh, dea memberitahu donna belum selesai, telinga nya dia sibukkan mendengarkan andrea di ujung telepon yang menawarkan makan malam bersama dea.

“males gue sama lu…” kata donna

“woi.. rangga! lu hari ini bersemangat sekali, tapi coba pastikan ukiran-ukiran dalam sayapnya detail dan rapih, tidak usah tergesa-gesa.. besok kalender masih merah, delapan jam lagi kita akan selesai.. berarti kita bisa menikmati pergantian malam tahun baru.. seperti tahun lalu, kita belanja dulu beli bahan untuk kita bakar ke supermarket terdekat, gmn?”
Tanya donna

“setujuuuu….. “ teriak dea yang sudah selesai menutup handphone nya…

Donna mendelikkan matanya pada dea,… “maleess gue sama lu de.. lu ga ada kerjaannya.. ngomong doag, tapi lu berharap sukses bersama mimpi kita?”  kata donna berhamburan

“ya deh maap..maap.. tapi kan ada sebagian pekerjaan gue yang kepake donn” dea berusaha membela dirinya

“apa? Lu mau tahu yang sebenarnya? Pekerjaan lu selalu gue ulang lagi… lu maksimalnya Cuma di awal doang… di tengah perjalanan lu udah kaga fokus” cerca donna

“eh, enak aja.. lagian siapa yang nyuruh lu buat ngulang, kalau emang lu ga percaya sama gue, kenapa lu ngajak gue mengerjakan pekerjaan yang membosankan kaya gini? Lu memang ga pernah berubah donna, ga bisa mempercayai oranag lain, kapan lu mau berubah?”

“ga ada hubungannya, lu ngomong gitu karena faktanya lu emang salah dan lu ga mau disalahkan, jadi lu cari-cari malasah dengan gue..”

“cape gue ngomong sama lu donna… dari kemarin kita tidurnya minim, maybe sekarang kita butuh istirahat.. “ saran dea

“apa istirahat? Lu masih bisa ya istirahat? Payah banget sih lu… mimpi ini gue konseptornya, pekerjaannya gue yang banyak mengerjakan, gue sebenarnya ga butuh lu.. gue bisa sendiri” teriak donna

“ok, fine… kalau lu mau begitu terserah.. setelah hari ini gue ga akan pernah datang lagi ke sini..” teriak dea pada donna

“udah kalian berdua ga usah rebut begitu, kalian berdua hanya kelelahan dan perlu istirahat” kata rangga berusaha meleraikan

“berisik lu rangga, gue udah ga tahan sasma orang ego seperti itu”kata dea

“lu tuh yang ego, mementingkan kepentingan sendiri sama si andre… lug a pernah memikirkan tentang kita, tentang mimpi kita…” benatk donna

“lu fikir donn, kita ini manusia… kita perlu kehidupan, kita butuh mencintai dan dicintai, kita butuh ada orang yang memperhatikan kita, lu ga sadar siapa yang sebenarnya ego? Lu sendiri donn! Kita hanya terjebak dalam mimpi lu, sementara lu ga pernah sedikit pun bertanya tentang apa mimpi kita sebenarnya”

 Dea beranjak membereskan barang-barangnya, lalu pergi dengan kesal dan membating pintu.

“donna apa kamu ga terlalu berlebihan?”  taya rangga dengan terkejut.

“ga, gue bukan orang lemah… kalaupun kau mau pergi juga. TERSERAH!” teriak donna pada rangga

Donna pun pergi beranjak meninggalkan studio, masuk ke dalam kamarnya…

Rangga menatap ruangan.,. lalu dia tersadar untuk segera menatap jam dinding… dua menit lagi…

Aku belum sempat berkata apapun pada dua sahabatku ini, kenapa di detik batas akhir ini…
aku sendiri disini…

menatap istana “malaikat tak bersayap” yang sayap-sayapnya belum terpasang…
aku coba menyelesaikan ukiran-ukiran sayap di detik batas akhir ini…
kenapa mereka pergi?
Teng.teng.teng….
Tepat tengah malam jam dua belas malam…
Aku memejamkan mataku, gelap….
Lalu kubuka sedikit mataku untuk menatap sekeliling
Apakah ada malaikat pencabut nyawa yang datang padaku…

Kosong,
Hanya detak jam dinding menemaniku, bersamaku…

Dua puluh tahun usiaku…
Aku menghirup napas dalam-dalam…

Khayalanku lari menuju tiga tahun ke belakang…
Bau abu kertas terbakar masih tercium,

Lalu kubuka mataku…
Ini bukan batas akhir…
Tapi istana “malaikat tak bersayap” yang telah menemukan batas…

Dibuat dari sebuah mimpi yang tidak dibangun di atas landasan KEPERCAYAAN…

Istana “malaikat tak bersayap” itu tak dapat terbang menuju Paris…

Dan aku disini, sendiri… menatapnya, menjadi saksi bisu.

Begitu mahalnya sebuah KEPERCAYAAN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar