Kamis, 04 Desember 2014

Filosofi Malaikat Kecil (Eps.01)


Telur Bunga Mawar

Aku Rena seorang ibu rumah tangga muda yang  memiliki seorang putri kecil berusia tiga tahun bernama Halwa Dzakiyah, berarti manisan yang cerdas, persis seperti wajah manis dan semua pertanyaan-pertanyaan yang membuat aku repot untuk menjawabnya. malaikat kecil ini aku panggil wawa.

Ibu berkata melihat wawa cucunya seperti menemukan lagi rena kecil, putrinya yang ceria. Entahlah, kenapa ibu bilang seperti itu? dan biasanya aku akan berkomentar 

“memang menurut ibu aku tidak bahagia menikah dengan mas danu? Abi wawa itu sangat baik dan bertanggung jawab, bu” kataku.

Ibu hanya tersenyum, 

“rena sayang, bukan begitu maksud ibu..ibu tahu Danu adalah lelaki yang baik dan ayah yang sangat bertanggung jawab, pilihan ibu itu kan tidak salah, saat Danu berani datang melamar kamu ke rumah pun, ibu sudah tahu dia lelaki yang bertanggung jawab dan tidak sembarangan, melihat wawa, cucu nenek, seperti mengenang lagi saat ibu pertama kali memiliki kamu, rena sayang” 
kata ibu menerawang menuju masa rena masih kecil.

 “sini bu, biar ibu istirahat saja, rena yang masak” kata rena “biarin nak, ibu pengen masak buat cucu ibu..”

“kyaaaaa…… ummi.ummi.ummiiiii…” teriak rena sambil berlarian….

“liat ummi, wawa nemuin telol bunga di kayu..” 
kata wawa sambil menunjukkan sebuah benda dari tangannya 

“wawa kan lagi ngoblol cama mawal, mawal bilang haus sama wawa, jadi wawa kasih ail, pas wawa liat, badan mawal ada telol ini nempel disana..” kata wawa bercerita.

Rena memastikan benda di tangan wawa 

“wawa cantik, itu bukan telur bunga mawar, itu kepompong sayang” kata rena menjelaskan

“apa itu kepompong ummi?” tanya wawa

“kepompong itu bakal kupu-kupu” jelas rena 

“memang kupu-kupu itu anaknya bunga mawal ya ummi?” tanya wawa lagi

“aduh wawa cantik, kupu-kupu itu bukan anaknya mawar, kupu-kupu itu anaknya ulat..” 
rena berfikir sejenak, eh, anaknya itu kupu-kupu atau ulat? Kyaa.. 

oke deh wawa cantik, gini aja ya, nanti ummi beliin wawa buku tentang kupu-kupu ya” kata rena biar enak aku menjelaskan asal muasalnya sama wawa

“holeeeeee.. mauuuu!! umi baik, kata abi, umi wanita colehah milik abi hhiihii...” kata wawa, dia kembali berlari menuju halaman rumah.


“cucu nenek itu memang cerdas sekali” 
kata ibu bangga sambil tertawa mendengar percakapan anak dan cucunya. 

Rena tersenyum “begitulah malaikat kecilku bu… kadang membuat ibunya kerepotan menjawab semua pertanyaan sederhananya” 

ibu tersenyum, kemudian ibu dan anak itu pun melanjutkan kembali memasak sayur sop di minggu siang yang damai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar