Telur Bunga Mawar
Aku Rena seorang ibu rumah tangga
muda yang memiliki seorang putri kecil
berusia tiga tahun bernama Halwa Dzakiyah, berarti manisan yang cerdas, persis
seperti wajah manis dan semua pertanyaan-pertanyaan yang membuat aku repot
untuk menjawabnya. malaikat kecil ini aku panggil wawa.
Ibu berkata melihat wawa cucunya
seperti menemukan lagi rena kecil, putrinya yang ceria. Entahlah, kenapa ibu
bilang seperti itu? dan biasanya aku akan berkomentar
“memang menurut ibu aku
tidak bahagia menikah dengan mas danu? Abi
wawa itu sangat baik dan bertanggung jawab, bu” kataku.
Ibu hanya tersenyum,
“rena
sayang, bukan begitu maksud ibu..ibu tahu Danu adalah lelaki yang baik dan ayah
yang sangat bertanggung jawab, pilihan ibu itu kan tidak salah, saat Danu
berani datang melamar kamu ke rumah pun, ibu sudah tahu dia lelaki yang
bertanggung jawab dan tidak sembarangan, melihat wawa, cucu nenek, seperti
mengenang lagi saat ibu pertama kali memiliki kamu, rena sayang”
kata ibu
menerawang menuju masa rena masih kecil.
“sini bu, biar ibu istirahat saja,
rena yang masak” kata rena “biarin nak, ibu pengen masak buat cucu ibu..”
“kyaaaaa…… ummi.ummi.ummiiiii…” teriak
rena sambil berlarian….
“liat ummi, wawa nemuin telol bunga
di kayu..”
kata wawa sambil menunjukkan sebuah benda dari tangannya
“wawa kan
lagi ngoblol cama mawal, mawal bilang haus sama wawa, jadi wawa kasih ail, pas wawa
liat, badan mawal ada telol ini nempel disana..” kata wawa bercerita.
Rena memastikan benda di tangan
wawa
“wawa cantik, itu bukan telur bunga mawar, itu kepompong sayang” kata rena
menjelaskan
“apa itu kepompong ummi?” tanya wawa
“kepompong itu bakal kupu-kupu”
jelas rena
“memang kupu-kupu itu anaknya bunga mawal ya ummi?” tanya wawa lagi
“aduh wawa cantik, kupu-kupu itu
bukan anaknya mawar, kupu-kupu itu anaknya ulat..”
rena berfikir sejenak, eh, anaknya itu kupu-kupu atau ulat? Kyaa..
“oke
deh wawa cantik, gini aja ya, nanti ummi beliin
wawa buku tentang kupu-kupu ya” kata rena biar
enak aku menjelaskan asal muasalnya sama wawa
“holeeeeee.. mauuuu!! umi baik, kata abi, umi wanita colehah milik abi hhiihii...” kata wawa,
dia kembali berlari menuju halaman rumah.
“cucu nenek itu memang cerdas
sekali”
kata ibu bangga sambil tertawa mendengar percakapan anak dan cucunya.
Rena
tersenyum “begitulah malaikat kecilku bu… kadang membuat ibunya kerepotan
menjawab semua pertanyaan sederhananya”
ibu tersenyum, kemudian ibu dan anak itu pun
melanjutkan kembali memasak sayur sop di minggu siang yang damai.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar