Tuhan
itu Maha Besar
Hali minggu celia
beljalan-jalan dengan kelualga ada ummi
L(R)ena yang cantik, Abi Danu yang baik dan wawa… yang bahagia dan penuh cuka
cita
Kemalin
wawa ada peel dali ibu gulu di cekolah TK nol kecil,
Peelnya
adalah mencelitakan kebecalan Allah dan menggambalnya di buku gambal yang ada putli
flozennya...
Dan
Alhamdulillah abi mau mengajak wawa beljalan-jalan di taman bunga… deket taman
nenek dan kakek… itu kata abi.
Soalnya
kemalin wawa tanya ke abi “lanjut usia” itu apa abi… dan abi jawab lanjut ucia
itu kaya nenek dan kakek…
Wah
hebaaaat… nenek dan kakek udah punya taman, sama kaya wawa, wawa juga punya taman..
namanya
“taman kanak-kanak” dicana wawa belajal loh..
Di
taman lancia nenek dan kakek belajal apa yah?? Wawa jadi bingung…
“wawa sayang.. lihat
disana bunga apa??” kata Rena
“hhmmm… bunga yang
cantik ummi…”
“sini ummi gendong biar
wawa bisa lihat dari dekat”
“ummi kenapa bunganya
di gantung?” tanya wawa
“karena bunga itu tidak
ditanam di tanah, sayang”
“kenapa nggak di tanah?
Kata bu gulu tanah itu tempat makannya bunga ummi?” tanya wawa lagi..
“ya sayang, walaupun
bunganya di gantung.. dia tetap di tanam di tanah, coba wawa lihat isi potnya’
kata Rena sembari mendekatkan wawa, mendekati pot gantung
“oh, ia ummi ada tanah
di dalamnya… ini bunga apa namanya ummi?”
“ini bunga anggrek
bulan..”
“waaww.. cantik ya,
angglek bulan walnanya ungu…” ummi wawa mau jalan-jalan lagi…
“yuk sayang..” kata mas
danu
“hayuuuuu…. Ceneng bica
jalan-jalan cama ummi dan abi..” kata wawa yang kemudian
menggandeng tangan
rena dengan tangan kirinya dan menggandeng tangan mas danu dengan tangan
kanannya…
Wawa berjalan,
meloncat-loncat dalam gandengan ummi dan abinya.. sambil bernyanyi
Naik-naik
ke puncak gunung
Tinggi-tinggi
cekali
Kili
kanan
Kuliat
caja… banyak pohon pinus
Kili
kanan
Kulihat
caja banyak pohon pinus…
***
Setelah kami berkeliling,
kami duduk di sebuah kursi panjang terbuat dari batu yang berada di area tengah
taman bunga, tempat itu sangat sejuk…
Empat tahun hidup
dengan mas danu adalah karunia yang sangat aku syukuri, dia seorang suami yang
bisa menyeimbangkan dan melengkapi hidupku…
Ku tatap wajah
teduhnya, matanya yang tenang selalu menciptakan nuansa harmoni dan getaran
dalam jantungku…
Dan darinya pun, aku
memiliki seorang putri manis, guru kecilku yang mengajarkan banyak hal…
menuntun aku menjadi seorang yang harus terus belajar
Alhamdulillah,
kumpulkan kami kelak di taman bunga firdausMu…
Doaku dalam hati dan
kututup dengan senyuman
“kenapa ummi.” Tanya mas
danu saat menatapku,
aku hanya tersenyum padanya “ga bi… “
“ketampanan ku ternyata
tidak pernah membuat ummi bosan ya?”
katanya menggodaku
“ih.. abi, bukannya
ummi yang manis yang membuat abi tak berkutik”
kataku yang selalu tak
mau jujur. “hhaaa..” mas danu hanya tertawa
“wawa cantik kita istirahat dan makan dulu ya….”
“holeeeee…, cosis goleng.cocis
goleeeng” kata wawa bersemangat sambil menerima misting berisi nasi dan sosis
gorengnya,
“mau ummi suapin ga
sayang?” kataku padanya
“ga ucah ummi..” wawa
membuka bekalnya dan kulihat dia sejenak berhenti, memejamkan matanya dan dari
mulutnya tampak sebuah do’a dia ucapkan
Aku tersenyum kepadanya
lalu dia mulai melahap isi misting itu.
“nanti setelah selesai
makan, wawa…. Kerjakan PR dari bu guru.. ya” kataku padanya
Selagi wawa makan, aku
ngobrol dan bercanda dengan suamiku…mendengarkan ceritanya di tempat kerja dan
aku bercerita tentang wawa dan semua hal di rumah…
Wawa tak bergeming,
hingga selesai suapan terakhir, dan dia pun menutup misting dan minum setengah
gelas dari isi tempat minum yang aku bawa “Alhamdulillah…” katanya lega karena
perutnya sudah terisi.
Ku bantu mengeluarkan
buku gambar dan crayon dalam tasnya, dia pun menaikkan badannya ke atas bangku
panjang yang terbuat dari batu itu…
Dan menelungkupkan
badannya menghadap pada buku gambar bergambar frozen miliknya…
Aku tersenyum padanya,
dia mengerutkan kening dan berfikir.. lalu mulai menggerakkan tangannya…
Aku kembali fokus pada
suamiku, dan sesekali aku bercerita tentang wawa dan semua
pertanyaan-pertanyaan di kelasnya, bahkan semua kebingungan bu guru menangani
wawa..
Walhasil, suamiku hanya
tertawa….
Wawa sesekali tersenyum,
merasa bangga kalau dirinya sedang di ceritakan.. sambil tersenyum.
Kulihat tangan wawa
sudah mulai mengambil crayon, lalu aku pun mendekati dia untuk dapat melihat
hasil gambarnya…
“wawa gambar apa?”
tanyaku padanya
Dia menunjukkan isi
gambarnya.. “ini ummi..”katanya
Saat melihat isi
gambarnya aku dan mas danu merenggut….
“wawa cantik, itu
gambar apa?” tanya suamiku
“wawa gambal kebecalan
Allah… peelnya itu kata bu gulu”
aku berusaha
berimajinasi dan melihat isi gambarnya wawa,
heran, hanya sebuah
titik hitam di tengah-tengah sebuah garis yang berliku-liku melingkari titik
itu, lalu di tepian ujung garis wawa mewarnai nya dengan warna biru muda…
“wawa gambar apa itu
sayang? Bunga?” tanyaku. Gambar itu pun di ambil oleh suamiku lalu diperhatikan
dengan seksama
Wawa tersenyum puas
karena melihat kedua orang tuanya tampak bingung
“wawa gambal kebecalan
Allah, jadi wawa gambal titik ini… titik ini wawa, nah galis-galis ini
tangannya Allah dan yang belwalna bilu itu langit…. Allah lagi menggendong wawa
dengan tangan becalnya, caking becalnya, cukup catu tangan aja yang menggendong
wawa, dan wawa cakinga kecilnya sepelti titik ini ummi..” katanya
“Subhanallah…,
wawa..hhmm” aku terkejut dengan penggambarannya, aku menatap mas danu, meminta
bantuan kepadanya untuk menjelaskan, suamiku itu pun hanya tersenyum…
“bagus sekali gambarnya….
Abi boleh nambahin ga? coba di balik gambarnya wawa… wawa gambar kehebatan
Allah SWT pada saat Allah membuat wawa, jadi sekarang, Wawa gambar wajah wawa
di belakangnya.. oke!” kata suamiku…
“holeeee.. ciaapp…” kemudian
wawa pun menggambar dia dan kedua orang tuanya berjalan-jalan di taman bunga.
Gambar keduanya yang
dibuat di belakang gambar pertama itu menunjukkan seorang anak kecil yang
sedang di hapit oleh seorang ibu dan ayahnya, samping kiri kananya ada berbagai
bentuk abstrak tanaman dan bunga-bunga.
Setelah wawa selesai
menggambar dan mewarnai, Rena membereskan barang-barang untuk kemudian bersiap
pulang.
Saat memasukkan gambar buatan
wawa ke dalam tas, dia menatapnya sejenak. Dan tersenyum.
Betul wawa sayang, kita manusia hanya sebuah titik
kecil dari Kebesaran Allah SWT, kita mungkin saja terjatuh dalam putaran
semesta ini, saking kecilnya kita, Tapi Allah SWT senantiasa menggenggam kita
dan melindungi kita.
Terima kasih guru
kecilku, lindungilah kami terus dalam genggamanmu… amiin.
Persis seperti gambar
tadi, seorang anak di hapit oleh kedua orang tuanya dan pergi meninggalkan
taman bunga, semakin jauh gambar mereka semakin tak tampak
dan hanya gelap dari
jauh….
abstak
been read (y)
BalasHapus:D
BalasHapus