Selasa, 17 November 2015

Pangeran Katak Di Tepi Danau

Pangeran Katak Di Tepi Danau
 
Plup..pluuup..plup
Batu-batu kecil terlempar ke tengah danau
Gelombang air berbentuk lingkaran tercipta

Kyaaaa….
Andromeda tersenyum girang
Di bertepuk tangan, berdiri lalu melompat-lompat
Gaunnya yang longdress ala princess terkembang-kembang
Dengan rambut kucir kudanya pun berayun-ayun…
Dia kemudian terduduk kembali di pinggir danau,
Di atas rumput hijau…
Menatap tak bergeming air danau yang berwarna orange
Tersorot matahari senja…
Diam sejenak tak bergeming

Kroook…kroookkk….kroook

Dia sedikit terkejut
Lalu memicingkan matanya dan mencari ke segala arah
Suara yang membuyarkan lamunannya…

Kroook…kroookkk….kroook

Katak…
Gumamnya dalam hati….
Kenapa kau sendirian di tepi danau ini? Apakah kamu seperti ku? Mencari ketenangan dan aku bahagia melihat danau ini? Aku bahagia dengan batu-batu kecil itu? Aku bahagia melihat gelombang air danau

Kroook…kroookkk….kroook

Meda, mengernyitkan dahi nya…
Apakah kamu mengerti apa yang aku fikirkan?
Bisik dia dalam hati

Iya…
 Kroook…kroookkk….kroook
 Jawab katak…
 Aku  bahagia di tepi danau ini, danau ini selalu menrik dan membuat aku rindu untuk berlama-lama disini Kroook…kroookkk….kroook

Meda, tersenyum girang…
“kalau begitu, hari ini kita berteman…. Aku akan datang tiap senja hari kamis ke danau ini” kata meda dengan suaranya pada katak
Kroook…kroookkk….kroook iya

***
Kamis yang ke lima meda dan pengeran katak sekarang berteman baik…
Diskusi banyak hal…
Meda menceritakan banyak kesehariannya dalam seminggu
Begitu pun pangeran katak…
“pangeran, cahaya itu tenggelam kemana ya rasanya aku ingin ikut”
Kroook…kroookkk….kroook
“aku tidak tahu… tapi nenek buyut kami menyimpan sebuat telur emas yang nanti akan membuat kita tahu banyak hal”
“memang aku boleh memakan pil itu? Aku mau…” kata meda girang sambil mengepalkan kedua tangannya dan menutupkannya pada mulutnya, matanya memancar kegirangan
Kroook…kroookkk….kroook
“ya tapi itu hanya untuk katak, kalau untuk manusia sepertimu aku tidak tahu bagaimana akibatnya”
Kroook…kroookkk….kroook


Tiba-tiba keraguan muncul diantara keduanya,
Tapi rasa penasaran itu menggantung seiring cahaya senja yang mulai menarik diri menutupnya dengan kegelapan

***
“katak, aku ingin mengajakmu tinggal bersama ku, dirumahku, atau kamu tinggal lah di dalam aquarium disana banyak juga teman-temanku”
Kroook…kroookkk….kroook
Dibawah sana aku seorang pangeran meda, aku tidak mungkin jauh-jauh dari kerajaanku, nanti raja dan ratu mencariku dan mengerahkan semua pasukan untuk mencariku…
Kroook…kroookkk….kroook

“iya, tapi kadang aku butuh kamu yang bijak pangeran, dan  selalu membuatku senang, disana aku pusing…” meda menunjukkannya pada pangeran katak dengan memegang kepalanya menggunakan kedua tangannya

Kroook…kroookkk….kroook
“hhhaaa…. Santai meda kaya di pantai…”

“memang kamu pernah ke pantai pangeran?”

Kroook…kroookkk….kroook
“yaaa… saat ada pertemuan berbagai kerajaan katak, kami berkumpul disana, dan itu terjadi saat musim kemarau”
Kroook…kroookkk….kroook

“waahh… aku ingin menjadi katak dan ikut pertemuan itu”

Kroook…kroookkk….kroook
“kamu bisa jadi katak….” Kroook…kroookkk….kroook

“eehh.. benarkah itu pangeran?”

Kroook…kroookkk….kroook
“aku sudah tanyakan pada buyutku… telur emas itu akan menunjukkan kita pada banyak hal, tapi kalau manusia memakannya kamu akan menjadi katak seperti aku”
Kroook…kroookkk….kroook

Meda terdiam
“kalau aku menjadi katak, aku akan ikut bersama kamu? Aku akan berenang ke pantai? Aku akan berkumpul dengan raja dan ratu?”

Kroook…kroookkk….kroook
“iya…” jawab pangeran datar
“tapi, bagaimana ikan di aquariumku, bagaimana burung-burung yang ada di halamanku, bagaimana teman sekolahku, dan aku pasti kangen sama ayah dan ibu”

Kroook…kroookkk….kroook
“itu terserah kamu meda..” jawab pangeran

Meda mengambil sebuah daun hijau yang jatuh dari pepohonan sekitar danau,
Lalu dia simpan di atas air danau
Lalu dia dorong dengan air daun tersebut…
Perlahan-lahan daun menjauh..
Menjauh terus ke tepi danau…
Mata mereka berdua menatap daun yang terus menjauh tanpa lagi ada percakapan….

***
“pangeran … aku semalam bermimpi… masuk ke dalam danau dan ikut berenang bersamamu..”

Kroook…kroookkk….kroook
“ouh ya… terus apa yang kamu lakukan”

“aku bertemu dengan raja dan ratu… mereka ramah, aku senang dengan keluargamu dan aku melihat telur emas”

Kroook…kroookkk….kroook
“apa kamu memakannya?” Tanya pangeran katak masih datar

“tidak!!! Aku hanya menatapnya… raja dan ratu pun menjelaskan soal telur emas itu.. “
Kroook…kroookkk….kroook
“baiklah….”

“setelah bangun dari mimpi, kamu tahu apa yang aku fikirkan katak?”

Kroook…kroookkk….kroook
“tentu saja tidak…”

“aku memikirkan kamu, sebentar lagi musim hujan… aku belum tahu rumahmu dan keluarga kamu, aku tidak mungkin duduk dipinggir danau kalau hujan deras, ibu pasti marah…
Aku takut tidak bisa bertemu denganmu lagi, aku takut kita tidak ngobrol lagi disini, aku takut tidak dapat mendengarmu lagi berbicara, aku takut kamu hilang begitu aja tapi aku tidak tahu apa-apa tentang kamu”
Tiba-tiba kelopak mata meda berair, dan dia menangis

Kroook…kroookkk….kroook
“kenapa kamu takut pada sesuatu yang belum terjadi?”
Kroook…kroookkk….kroook
“danau ini berubah-ubah, kadang airnya banyak kadang sedikit, kadang kita bisa berenang di dalamnya, kadang dia sangat berbahaya, begitu pun musim, semuanya berubah…”
“tidak ada yang tetap di dunia ini meda… kamu tidak usah takut, jika aku pergi nanti ada yang datang lagi di musim semi.. mungkin kamu akan bahagia bermain dengan kupu-kupu dan burung”

“aku takut pangeran katak…
Membayangkan tidak lagi berteman denganmu, aku pasti menangis terus menerus…
Dan kalau melihat danau pasti aku akan teringat sama kamu dan aku pasti akan menangis lagi…”

Kroook…kroookkk….kroook
“akan selalu banyak pilihan meda… kamu ma uterus bersamaku? Maka kau harus makan telur emas ini”
Katak mengeluarkan dari mulutnya sebuah telur emas.
Kroook…kroookkk….kroook

Meda menangis tersedu-sedu…
Dia hanya berani menatap telur emas itu…
Pangeran katak kembali memasukkannya ke dalam mulutnya…

Kroook…kroookkk….kroook
Kroook…kroookkk….kroook
Kroook…kroookkk….kroook
“aku pulang dulu meda…”

***
Beberapa kali meda kembali ke danau
Dia tidak melihat lagi pangeran katak…
“pangeran apa kamu marah? Apakah ada ular yang memakanmu? Apakah kamu berangkat lebih cepat ke pantai melakukan pertemuan kerajan? Apakah kamu tidak mau lagi berteman denganku?”
Katanya ke dalam danau sambil menatap wajahnya di dalam riak air danau…

Tik..tik…tik
Andromeda menangis….
Aku kangen kamu pangeran katak…
Aku tidak mau lagi ke danau
Aku tidak mau lagi menangis
Hujan turun bersama dengan kalimat terakhir Andromeda
Janjinya pada danau

***
“bundaaaaa….. lihat bunda! Danaunya indah”
“ya wawa… hati-hati nanti terjatuh, jangan dekat-dekat danau”

Danau yang tenang tersorot matahari senja
“bunda, ayo kita lempar batu kecil ini ke tengah, siapa yang paling jauh lemparannya… dia nanti yang dapet dua coklat, ayoo bun..”
Kedua tangan itu mengumpulkan kerikil kecil,
Satu… dua.. tiga…
Plul..plup..p[luup..plup
Dua kerikil terlempar menuju danau..
“yeeee.. la.laaaa.. aku paling jauh lemparannya dari bunda…” teriak anak kecil itu
Bunda nya hanya tersenyum..
Ada the javu yang pernah di alaminya…
Saat usianya lima tahun dengan danau ini…

Kroook…kroookkk….kroook
Kroook…kroookkk….kroook
Kroook…kroookkk….kroook

“Bunda… lihat ada katak disana”
Bunda menatap arah telunjuk kecil anak tersebut…

Kroook…kroookkk….kroook
Kroook…kroookkk….kroook
Kroook…kroookkk….kroook

“iya nak… dia katak,…”
“ayo bunda kita panggil dia pangeran katak….”

“iya, kita panggil dia pangeran katak…”

Kroook…kroookkk….kroook
Kroook…kroookkk….kroook
Kroook…kroookkk….kroook

“bundaaaaa…. Waawaaaa… kalian berdua dimana” terddengar suara baritone seorang pria dewasa memanggil

“kami disini ayaaaahh….” Teriak wawa
“ayo wawa… kita ke sana ke ayah… kita harus sudah pulang, langit sudah mulai gelap…” mereka berdua beranjak dari tepi danau

Kroook…kroookkk….kroook
Kroook…kroookkk….kroook
Kroook…kroookkk….kroook

Bunda menatap sang pangeran katak….
Jauh dalam hatinya dia ingin duduk disitu,
Tapi dia tidak memahami banyak hal..
Banyak yang terlupakan di dunia ini…

Kroook…kroookkk….kroook
Kroook…kroookkk….kroook
Kroook…kroookkk….kroook

Suara katak yang kemudian menjadi banyak dan bersahutan
Jarak membuat aku tak mengeti lagi bahasamu


Tuan Bertopeng

Tuan Bertopeng

“Ya begitu…”
“Baiklah”
“Ok”

Jarak….
Bahasa itu memberikan jarak…
Atau memang ratusan bahkan ribuan kata pun pada dasarnya tidak menentukan sebuah jarak?

Jarak itu mendekat
Saat semuanya mengalir tanpa batas,
Tidak ada dinding sekat
Sebuah batas privasi atau batas ini ego ku…
Disaat kondisi ini, aku bahkan mengenal dan masuk ke dalam ke dunia mu..
Aku pun bercermin!
Bahkan aku pun bisa menangis saat cerita itu kita tertawakan bersama…
Itulah jarak tanpa batas dan dekat.

Saat jarak itu menjauh…
Semua seolah tak dapat dikenali
Selalu ada batas dan sebuah pertimbangan
“Tidak….”
Sebuah gengsi dan benteng kekhawatiran
Mengikat pada posisi tertentu
Tidak dapt lagi mengenal
Dan tidak dapat membayangkan dunia dan jiwamu…
“Canggung…”

Luna adalah seorang rima ariadeus, kenapa dia harus terjebak dengan semua perasaan manusia?
Selalu saja rasa sakit dari sayapnya yang patah yang mengharuskan dia mencari tahu…
Ini tidak berhenti sebelum semuanya terjawab, tapi kenapa harus dia?

Adakah pil ketidak pedulian di dunia ini?
Bayangan seorang anak terpuruk dalam ruang gelap…
Tangannya hanya menelungkup pada kedua kakinya…
Dan kepalanya tertunduk tak bergeming…

Lihatlah itu kamu tuan bertopeng,
Jiwamu yang ada di dalam sana…
Walaupun kini kau bisa berganti – ganti topeng dan senyum lebar dan jahil yang kau tunjukkan
Tapi kenapa aku hanya melihat kamu adalah seorang bocah di sudut ruangan gelap

Jika saja,
Kau sedikit berani menatap mataku…
Aku akan tersenyum...
Dan menggapai tanganmu.

Sekarang,
Dinding dan ruangan itu memberikan jarak,
Ruangan yang dingin dan penuh ketidakpercayaan
Kau menutupnya rapat…

Disini aku terjebak
Pada memory saat jarak itu mendekat..

Ya.. inilah aku pada tubuh manusia
Terbatas pada ketidak tahuan,
Jangan tuntut aku karena aku manusia yang tak sempurna
Dan sudah pasti aku terdakwa,

Tuntutlah Tuhan Dia yang lebih Tahu Segalanya…
Aku hanya menunggu sepertimu…
Aku ingin menunggu dengan jarak yang dekat, teman

Hingga aku pun tahu
Ruang gelap ini tak menjebak ku
Dengan ketidakpercayaan dan ketakutan…


tiba-tiba…
sebuah cahaya terang muncul menyilaukan mata…
kamu tersenyum dan menggapai tanganku dengan tangan kananmu…
sayapmu tampak silau, kawan!
Berjuta topengmu kau genggam di tangan kirimu,

Dan kau pun berkata :
“terima kasih, rasa sakit mengajarkan aku untuk menjadi lebih kuat”




Senin, 26 Oktober 2015

SUPERNOVA 1





"Engkaulah getar pertama yang meruntuhkan gerbang tak berujungku mengenal hidup
Engkaulah tetes embun pertama yang menyesatkan dahagaku dalam cinta tak bermuara
Engkaulah matahari firdausku yang menyinari kata pertama di cakrawala aksara

Kau hadir dengan ketiadaaan
Sederhana dalam ketidakmengertian
gerakmu tiada pasti
Namun aku terus disini
Mencintaimu
Entah kenapa"



- Dee -


Pada buku "ksatria Putri dan Bintang Jatuh " secara esklusif Dee bersama desain grafisnya,meracang sebuah bentuk menyerupai jaring laba-laba. Jaring laba-laba tesebut memberi makna kalau semua tokoh yang ada di novel pertama ini saling terhubung satu sama lain.


Dalam buku ini diceritaan  pasangan gay Dimas dan Reuben mulai menulis roman yang diberi judul Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh. Menunaikan ikrar mereka untuk berkarya bersama.

Paralel dengan itu, dalam kehidupan nyata, sebuah kisah cinta terlarang terjalin antara Ferre dan Rana. Hubungan cinta mereka merepresentasikan dinamika yang terjadi antara tokoh Kesatria dan Putri dalam fiksi Dimas dan Reuben. Tokoh ketiga, Bintang Jatuh, dihadirkan oleh seorang peragawati terkenal bernama Diva, yang memiliki profesi sampingan sebagai pelacur kelas atas.

Tanpa ada yang bisa mengantisipasi, kehadiran sosok bernama Supernova menjadi kunci penentu yang akhirnya merajut kehidupan nyata antara Ferre-Rana-Diva dengan kisah fiksi karya Dimas-Reuben dalam satu dimensi kehidupan yang sama.


seorang teman mengatakan bahwa, kehidupan di dunia ini ibarat jaring laba-laba. semua memiliki koneksi dan ketersambungan dengan yang lain. 
Jika kita mencermati lebih dalam, keberadaan kita, sebab kita menjadi 
Bahkan apa yang saat ini menjadi bagian dari kita 
merupakan koneksi dari jaringan orang-orang sebelum kita...

begitu EGO-nya diri jika saja kita berfkir bahwa apa yang kita pilih sebagai tindakan, 
apa yang kita rasakan, 
apa yang kita 
fikirkan, ucapkan, kecap dan lihat.
Kita anggap tidak ada hubungannya dengan orang lain,

Tuhan begitu sempurna membuat deretan cerita...
dan semuanya tidak terputus di tengah jalan...

Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa... (QS.59 : 24)

Hal paling berharga yang kita miliki dari seluruh rangkaian koneksi itu adalah KESADARAN
bahwa kita adalah bagian dari rangkaian skenario Sang Sutradara..

Dan sesungguhnya akhir cerita itu lebih baik bagimu daripada permulaan (QS.93:4)


maka, bangunlah kesadaran dalam setiap cerita hidup tebaikmu....

Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu... (QS.7:145)

Kita tinggal mengikuti jalan ceritanya
LALU, ambil pelajaran sebagai KESADARAN yang kamu miliki
itulah SATU-SATUnya yang akan tersisa DALAM HIDUP_MU...
Image result for jaring laba-laba

Minggu, 25 Oktober 2015

Hujan dan Secangkir Kopi

Musim yang tidak pasti...

apakah evaporasi air dari
samudra, lautan dan sungai
di bumi ini tidak cukup
untuk memberikan curah hujan?

hingga
meluapnya rindu ini tidak cukup untuk
memberikan
secercah kesejukan dalam jiwa
yang kering dan dahaga?

ouh.
ataukah kondensasi antara kita
memang tidak pernah menemukan jarak yang tepat?

sepertinya rindu ini memang hanya menguap
tak pernah bersatu menjadi awan yang
mencurahkan air hujan
untuk dapat menghilangkan dahaga...

atukah turbulensi jiwa kita
tidak memiliki kekuatan yang besar
untuk bersatu...

tapi...
apakah kau merasakannya?

Gravitasi bumi begitu kuatnya menarik
bulir-bulir air hujan untuk sesegera mungkin turun..

ternyata
di bawah sana
begitu banyak tarikan rasa untuk meluruhkan
keangkuhan dan kegersangan jiwa kita..

tidak perlu evaporasi maupun turbulensi antara kita..

karena hujan turun di sore ini
diatas sebuah bangku putih di taman..

aku menatapnya
sambil meneguk secangkir kopi
dengan kerinduan bersama rintik hujan....


Jumat, 16 Oktober 2015

bumi


Bumi adalah tempat kita
Kita yang disebut manusia...

Di bumi ini
Seorang manusia diantara jutaan manusia
 hanya sedang berfikir
Tempat seperti apakah bumi?

Bumi adalah sesuatu
Yang terbatas
Terbatasi
Oleh ruang dan waktu...

Kita sadar
Atau tanpa sadar
Selalu bergerak mencapai
Batas....

Sibuk mencari sesuatu yang berbatas
Menghabiskan jiwa kita di ruang terbatas ini

Dan menghabiskan waktu kita dalam kesibukkan yang berbatas ini...

Ah, Bumi
Kamu jangan mengajakku
Berputar putar dalam poros yang sama
Selama jutaan tahun

Oh, Bumi
Jangan kau buat aku betah tinggal
Di tempat pengusiran adam dr surga

Duhai, Bumi
Cukuplah kau jadi tempat aku belajar cinta

Bahwa Tuhan sangat mencintai kita

Tidak membiarkan aku lama disini
Di bumi

Dia rindu untuk berjumpa dengan hamba2Nya

Wahai, Bumi
Disinilah tempat ujian cinta seorang hamba
Teruji...

Bumi...
Jika nanti semuanya sudah pulang

Kamu adalah yg aku rindukan

Karena di tempat mu aku belajar banyak hal

Seperti rasa rindu pada
Bangku sekolah yg sudah lalu

Bumi
Ingatkan aku
Jika jarak dengan cahaya sudah mulai menjauh

Aku harus belajar berevolusi sepertimu

Tidak peduli jauhnya jarak
Aku harus bergerak mendekat pada cahaya...

Bumi...
Selamat tidur

Kamis, 09 Juli 2015

Ilusi

Terkadang banyak kata dalam diam
Dan begitu banyak cinta dalam keterbatasan 
Rindu dalam ruang dan waktu yang tak beranjak

Jika bahasa sudah menjelma
Harapan sirna tanpa keindahan
Disana terletak ketidak sabaran menahan asa

Rasa sakit adalah jembatan
Membawa kan kita sebuah definisi
Memberi kesadaran dan pemahaman
Cinta membawa bahagia...

Paris van java,
Membaca dan nyeri punggung di taman usia
Imanov


-15 Juni 2015-

Kamis, 25 Juni 2015

Hiduplah dalam Duniamu


melempar batu, menggenggam angin...
selalu terisi dengan seimbang...
‪#‎carimakna‬


tepat tengah malam,
tv, kipas angin, dispenser semua diam
cuma suara dengkur orang tidur
detik jam
dan pemutar playlist lagu, windows media player
memutar lagu river flows in you...

seorang diri bermain dengan malam,
berbicara dengan Dia,
mempertanyakan apakah benar semua benda2 itu diam?

apakah malam membuat semuanya terdiam?

anggap saja malam ini aku mengalami 
krisis kepercayaan pada diri sendiri,
dia dalam aku berkata-kata bahwa :
tak ada yang benar-benar diam, dan
semuanya bergerak tak ada yang berhenti...

si aku dalam dia protes 
dan dia dalam aku mengelak,
dengarkan dulu kilahnya...

"kau harus menyaksikan bahwa seluruh alam ini tak berhenti,
kita yang terikat ruang dan waktu ini senantiasa bergerak
dalam diam seorang yang tidur di kamar sebelah pun
setiap atom dalam sel-sel tubuhnya tidak berhenti,

molekul dalam setiap benda yang kita anggap diam pun
dia tak berhenti, terus bereaksi
membuat energinya semakin habis

yang membuat kita berhenti bergerak adalah 

tidak terikatnya kita dengan waktu...

lalu....
aku tak punya jawaban setelah itu,
kata dia

apa keuntungan kita membahas ini, kata aku kemudian


dia menghela napas...

coba berapa banyak dalam siang ini dan siang lalu kau mengeluh,
banyak hal yang tak dapat kau raih,
banyak hal berharga hilang,

tapi kau harus ingat rumus dari ku
SEMUA TERUS BERGERAK

saat batu kau lempar, kau kira tanganmu kosong...

ingat satu hal
bahwa disitu ada yang bergerak menggantikannya
yaitu
angin...

saat,
semua hal terlepas
disana ada yang mengikat...

jangan berhenti di satu titik,
karena ada yang terus bergerak

jika bukan kamu, dengan sadar yang bergerak
maka kamu yang tanpa sadar yang akan bergerak

sel-sel dalam tubuh yang terus bergerak tanpa kita sadari
menghabiskan energi kita dalam masa...

dan yang tersisa dari Aku dan Kamu, Kita
adalah KESADARAN...

dia yang menuntun kita kelak dalam masa yang pasti,
pasti kita lalui...

#aku dan dia, berhenti titik.

Jumat, 22 Mei 2015

NISBI


Sesuatu yang tampak, terukur dan pasti 

jika kita membandingkannya dengan yang lain
dan semuanya bergantung pada yang memandangnya
sesuatu yang relatif tidak mutlak

dunia ini nisbi
apa yang ada semuanya tidak mutlak
bernilai relatif

angka-angka yang pasti pun menjadi relatif
karena keberadaannya dunia ini...

dunia ini tak ada yang pasti

semuanya bisa berubah
panas tidak selalu panas pada suatu tempat tertentu
begitu pun dingin....

kita hanya kumpulan relatif
yang mencari keMutlak-an

jangan berhenti pada satu titik relatif...
karena kita akan kehilangan KEPASTIAN...


#mencarimu di ujung nilai relatif
untuk menggenapkan hidup...

Minggu, 22 Maret 2015

MELODI C MINOR BERSAMA SECANGKIR KOPI

Tidak menemukan titik fokus
Jiwa ini terus dibawa mengalir bersama melodi
dan aroma secangkir kopi...

indah
yah, begitulah melodinya...
melodi jiwa yang penuh harapan...

"kenapa kamu hadir saat ini?" tanyaku kepadanya
"karena seperti tuts piano ini, harus tepat dengan tempo yang pas, itulah kehadiranku
saat ini..."
hhhaa... "kamu ada-ada saja" kataku dengan terus menahan debaran jantung dengan melodi yang pas
takarannya,

seperti secangkir kopi yang sedang kuseduh dalam cangkir...
kudidihkan airnya terlebih dahulu, lalu kusendok kopi manggarai yang terasa pahit dan sedikit asam, masing-masing cangkir kuberi dua sendok kecil bubuk kopi...

"apakah kamu suka kopi pahit tanpa gula ini?" pertanyaan keduaku sambil berhati-hati kuseduh kopi dan kuaduk perlahan dengan sendok kecil, kucium aromanya...
begitu menenangkan...

"Entahlah, sebenarnya aku terbiasa minum secangkir cappucino... tapi kau tau, rasa pahit itu ternyata bisa kita pelajari, dan aku belajar darimu.." katanya

"hhaa... dasar kau ini, tapi aku memang benar-benar berusaha keras memperkenalkanmu padanya dan dengan sejuta filosofi tentangnya..." kataku memberi kesan serius berusaha agar dia penasaran dengan kalimat selanjutnya.

inilah bagian yang aku suka dari secangkir kopi, kita tidak pernah berhenti hanya pada dua kalimat pertanyaan dan tiga baris kalimat jawaban, dia akan senantiasa menemani kita hingga berjuta kalimat mengalir. mengalir seperti Melodi C Minor yang terus bergetar lembut dalam gendang telinga, dan kau tahu irama detak jantungku saat ini? cukup membuat bibirku terus tersenyum, apakah karena melodi nya ataukah karena... :)

"coba kau ceritakan filosofi kopi mu itu..." pintanya

"akh.... aku sering menyebutnya dalam status fb ku, dalam catatan-catatan blog ku, tweet er... sepertinya jika aku harus mengulangnya lagi saat ini, maka akan ada ribuan kalimat tentang kopi yang akan semakin orang-orang tahu. termasuk kamu..." kusodorkan cangkirnya perlahan, kuberikan padanya cangkir berisi kopi, asapnya masih mengepul dengan aroma kopi yang semerbak.

"memang kenapa jika kau ulang lagi untukku? apakah terlalu enggan? terlalu bosan?"

"tidak.... tidak, bukan itu, tapi aku ingin mendengar kalimat yang belum selesai kamu sampaikan, rasa pahit itu bisa kita pelajari..." kalimatku memintanya melanjutkan dengan kalimatnya

inilah kalimat-kalimat yang semakin
mengalir deras, apakah kami bosan?
tentu tidak,

karena, kamu harus ada di dalam karkaternya
dan dengan kondisinya,
sehingga kamu akan tahu,
kamu akan mengerti  bahwa
kami tidak pernah mengerti BOSAN. :)

"rasa pahit itu... akan terasa jika kita tidak berani meneguknya, dan jika kita hanya sekali meneguknya...
aku belajar darimu, bertahan terus meneguk kopi pahit ini, sampai benar-benar selesai satu cangkir kopi ini
dan yang tertinggal hanya menyisakan ampasnya..
dan kau tahu, dalam proses aku menghabiskannya, tidak hanya pahit yang aku rasakan
seperti kopi manggarai ini
terkadang terasa rasa asam, tapi kadang pula terasa asin, sedikit sekali manis...
kamu heran?" katanya

"benarkah kamu menemukan rasa manis?" kataku heran

"itulah yang membuatku heran dan penasaran, sehingga untuk menemukan rasa manis dalam secangkir kopi ini begitu berharga...
dan aku akan memintamu menyeduh gelas kedua untukku, ..."

hhaaa..." itu hanya alasanmu untuk meminta secara cuma-cuma kopi ini.." kataku tersenyum,
seperti melodi ini, raut muka dan detak jantungku naik turun dengan tempo yang pas...

"ya begitulah... kamu jangan protes, ini lidahku bukan lidahmu... " katanya

"belajar dari rasa pahit,
bukan untuk mengeluhkannya... " "iya kan?" tanyanya padaku

"hemm.. yah"

"tapi disana kita akan menjadi sangat bersyukur walau rasa manis sangat sedikit kita temukan...
sangat berharga, pahit membuat kita bersiap untuk mengernyitkan dahi... lihat aku"
katanya memintaku menatap matanya,

aku tatap matanya yang tajam, 
seperti melodi c minor dan seteguk kopi yang baru kutelan
tatapan mata itu mengalir
menuju satu pusat secara bersamaan
jantungku...
deg

hohhh... untunglah jantungku punya pelapis daging yang tahan 
sehingga tidak membuatnya sampai bocor
dan berdarah-darah...

aku tertawa pula menatapnya mengernyitkan dahi, pipi dan mulutnya...
"kamu seperti Mr.Bean.."

"apa??... hhmmm...." dia berfikkir sejenak "bisa jadi..." katanya tertawa

akh, secangkir kopi kau membuat kami asyik masyhuk menghabiskan setiap detik waktu
dan tidak terasa menuju menit dan jam...

dia melanjutkan kalimatnya dengan serius "pahit... itulah kita, memiliki sisi pahit, kita harus siap menerima itu, bukan?"
"ada dedak yang tertinggal itulah masa lalu... "
"aku berterima kasih padamu, kau mengatakan dan mengenalkan bahwa kopi ini pahit...
itu hanya menjadi kalimat yang menguji keberanian ku menghadapinya, bukan? kamu hanya menguji ku untuk dapat menerimanya.. aku yakin itu"

aku hanya tersenyum senyum saja, dengan setiap kalimatnya yang seolah-olah kopi ini adalah bagian dari hidupnya, makhluk hidup yang sangat akrab dengannya...

melodi c minor... hampir habis,

"sekarang aku beritahu filosofi aku tentangnya, maukah kamu mendengarnya lagi?"

"tentu saja... inilah fungsi telinga untuk mendengarkan, dan mulutmu untuk mengungkapkan...
dan kita berdua punya hati... untuk apa?"

aku tersenyum dan menggeleng, sepertinya wajahku memerah...
akh, dia memang selalu bisa membuatku seperti ini...

"hati kita untuk saling merasakan dan memahami, disitu terletak kehidupan, jika dia mati...
maka matilah kita" dengan logat yang dibuat lucu

:) cukup tersenyum senyum, aku dengan malam ini,
melodi c minor hampir di ujung suara bersama secangkir kopi yang tinggal seteguk...

filosofiku dengan secangkir kopi hitam, 
aku ingin apa adanya 
sepertinya...
tidak kututupi rasa pahitnya....
menutupinya dengan manis gula,
biar kau rasakan sendiri bagaimana aku apa adanya...

dan secangkir kopi hitam ini
tidak ingin membuatmu repot
menutupi ampas dan menghilangkannya
biarlah kamu tahu bahwa aku punya dedak
dan mungkin terkadang kamu meneguknya
dan terasa geli di tenggorokan...

secangkir kopi hitam yang apa adanya, sederhana, kuat, tegar dan tajam serta membuatmu semangat menjalani hari... :)

kuteguk kopi terakhirku,

dia terdiam...
menatap kopi terakhirnya...

"kenapa kamu diam membisu?" tanyaku heran melihatnya

"aku takut meneguk kopi terakhirku..." katanya padaku

"memangnya kenapa?"
melodi c minor sudah benar-benar habis

"saat aku teguk dia, maka kita berdua tidak ada disini lagi,
kita akan berpisah, dan kau tahu apa yang kuinginkan saat ini?
yaitu terus bersamamu, disampingku...
jika kuteguk kopi terakirku,
maka dia adalah menit yang akan merbuah segalanya tentang
realitas..."

"boleh aku meminta sesuatu kepadamu untuk malam ini?'
kataku dengan debar jantung yang mulai tidak menentu..
ingin terus kutatap wajahnya

"apakah itu?" katanya

"jangan tutup episode ini dengan sesuatu yang akan membuat orang lain merasa sedih,
tegukkan terakhirku tadi rasanya manis sekali.."
kata-kata ku meyakinkanya dengan penuh harap.

"hhaaa.... kalau begitu, tidak akan kuhabiskan tegukan terakhirku,
biar kan dia hanya habis oleh sang waktu...
dan untuk sementara, kamu dan aku harus yakin bahwa saat ini
hati kita saling merasakan kehidupan
di dalamnya,
kita benar-benar hidup..."

#secangkir kopi hitam





Selasa, 17 Maret 2015

Menemukan secangkir kopi hitam

Hujan turun
capucino grande...

dan
akan ku ceritakan tentang
bumi kepadamu,
bumi yang sanggup bertahan dalam ruang hampa

kamu tahu kenapa?
karena disana ada tarikan gravitasi

Bolehkah aku
meneguk secangkir kopi hitam ku dulu?

kamu lihat air hujan yang jatuh itu?

dia tidak sesakit yang kita bayangkan
dia terjatuh di atas bumi
hanya karena
dia merindukan pohon tumbuh bersamanya kelak...

capucino grande,
kau tidak usah hanya diam seperti itu
tidak usah ragu
dengan aku yang hanya
secangkir kopi hitam...

bergeraklah dan mengalirlah seperti harapanmu...

sebelum masamu habis,
akan kuceritakan tentang kilat...
kilat bukan diciptakan hanya untuk menakuti manusia semata

kilat diciptakan untuk menemani petir
walau kilat tak bersuara...
dia setia pada petir...
selalu bahagia memberitahu pada seluruh dunia
tentang kedatangan petir...

capucino grande,
aku tak ingin terlalu banyak waktumu
yang terbuang sia-sia bersama ku
disni...

masing-masing dari gelas kita
akan menemukan ujungnya,

adalah dimana saat
pemilik gelas kita
menghabiskan gelas ku dan gelas mu

menemukan mu
disini...

adalah seperti bumi yang bertahan pada gravitasi
hujan yang berharap pada pohon...

dan aku pun seperti kilat...
yang datang lebih cepat
sebelum petir
dan setia menunggunya bersuara...

menemukanmu di meja ini
adalah kebahagiaan

memberi tahu tanda kehidupan
dan harapan...


#menemukan secangkir kopi hitam



Kamis, 12 Maret 2015

Sajak INGIN

ingin memahami,
bahwa bumi itu bulat
langit itu biru
laut itu berombak
rambut itu berhelai

ingin memahami kamu
yang punya jiwa...

ingin memahami bahwa ada masalah
dan berkenalan dengan solusi
ingin bersalaman dengan duka
dan nanti bercengkrama dengan suka

ingin memahami kamu
yang punya jiwa

ingin menulis terus
dan tidak ingin dinding kampus...

‪#‎intina‬ mah keur hoream...
lagi sibuk berfikir!
— bersama Aay Ais Misaysha.

Rabu, 04 Maret 2015

RINDU DALAM SECANGKIR KOPI

Aku tidaklah sesempurna capucino grande italia, tapi aku jamin akan menyempurnakan hidupmu...


Ga usah pake racikan yg rumit dgn berbagai aroma rayuan untuk dapat membuat aku memilihmu, cukup sederhana saja ...
Maka. Rasa itu akan alami dan membekas tak mau lepas dlm citarasa...
‪#‎bahagia‬ itu sederhana dgn kapal api hitam...
 — minum Secangkir Kopi Hitam .


Jika hanya melihatmu gelap dan keruh...
Tapi kau memberikan setengah gelas hidupmu,
Meyakinkan kesungguhan rasa yang kau berikan...
‪#‎segelas‬ kapal api..



Bertemu kamu di suatu rumah..
Kau diam dihadapanku,
Aku terus menatapmu
Bahagia...
Merindukan untuk menikmati 
Dan menghabiskan waktu berimaginasi
Denganmu,
Tapi tunggulah,
Sampai pemilik rumah
Memberikanmu untukku...
‪#‎wahai‬ secangkir kopi hitam...

Menikmati menjadi manusia...
Sejujurnya,
Menegukmu sekaligus,
Atau menikmati rasa mu perlahan-lahan,
Bahkan kubiarkan saja tanpa tersentuh... Pun
Kamu akan habis oleh waktu
Dan hanya menyisakan ampas...

# secangkir kopi dlm gelas...
"Masih bimbang..."

Kamu tidak boleh malu pada dunia.
Kopi tubruk dengan beribu serbuk.
Kesederhanaanmu tetap yang
Dapat membuatku tersenyum...
Tidak usah berusaha
Menyamarkan ampasmu dengan
Campuran susu dan kremer...
‪#‎Yakinlah‬ dirimu yang terbaik selamanya... Secangkir kopi hitam.


Bagaimana bila kita disuatu tempat
Dan merindukan semua orang?
Disudut kamar dengan aroma
Secangkir kopi hitam...
‪#‎tiba2‬ menjadi sunyi...
Membutuhkanmu sangat 'kopi hitam'
— gila .


Secangkir kopi hitam
Mengajak menembus labir masa depan
Menguatkan logika...
Enak atau tidak analisa nalar
Itu yang menemani bocah
Hingga tegar dan siap menghadapi
Tantangan...
'Terjerat diantara Paradigma'

Maaf...
Sejenak menikmati teh tawar beraroma
Melati...
Dan meninggalkanmu
Secangkir kopi hitam...
Ini hanya untuk menguji
Apakah ada pilihan lain
Selain dirimu?
Saat ini belum...
‪#‎beranjak‬ pergi, tetap disini...

Kamu harus terus bergerak
Dalam putaran adukan
Agar kamu bersatu
Dalam inti hikmah
Kehidupan
Dan memberi totalitas rasa
Yang mantab
Secangkir kopi hitam

Tak apa jika sulit untuk kita
Minum secangkir kopi bersama.
Tapi,
Aku tidak pernah rela
Kamu duduk sendiri kesepian
Dengan cita rasa kopi
Yang kamu pegang erar-erat sendiri...
Berbahagialah.
Dengan teman di sampingmu...
‪#‎kebahagiaanmu‬ adalah kehidupanku
Tawamu adalah semangatku
Kapal api hitam
— penuh harap .


Memori itu ibarat gelas bening
Dan kamu di dalamnya
Kopi hitam..
Dan.
Rindu ini terasa sajian kopi
Mendidih dalam gelas
Seakan-akan
Hati ini menjadi gelas yang retak
Karena tak tertahankan...
‪#‎menatap‬ secangkir kopi hitam...

Secangkir kopi hitam
Kamu diam diatas meja
Dan biarkan aku bercerita
Terkadang 
Sesekali kita butuh ketidak aturan
Untuk mengerti sebuah aturan...
Tapi...
Jangan lupa ingatkan aku untuk kembali
Dengan aroma dan kesederhanaanmu...
— minum Secangkir Kopi Hitam .



Secangkir kopi,
Kamu harus tetap sederhana..
Jangan terjebak dengan cangkir yang mahal
Hingga kau lupa memberikan yang terbaik dari dirimu...
Aku akan menerimu dengan
Sepenuh hati,
Walau kamu ada dalam cangkir
Yang terbuat dari tanah liat...
‪#‎buka‬ mata bahagia itu sederhana tanpa materi,
karena yg bhagia itu jiwa bukan mulut...
— minum kopi .


Mengaduk secangkir kopi hitam
Harus diaduk!!
Walau harus beradu antar serbuk
Dan kemudian diri sendiri hilang
Dan hadirlah pengertian yang
Baru tentang
Secangkir kopi hitam...
Semuanya tidak sia- sia
Batal Suka ·  · 

Kamu harus terus bergerak
Dalam putaran adukan
Agar kamu bersatu
Dalam inti hikmah
Kehidupan
Dan memberi totalitas rasa
Yang mantab
Secangkir kopi hitam



"Ingin bertemu 4 mata denganmu dihadapan secangkir kopi. Kita selesaikan urusan yang masih tertunda di ujung waktu bertemu"
‪#‎awal‬ secangkir kopi hitam...


Tak apa jika sulit untuk kita
Minum secangkir kopi bersama.
Tapi,
Aku tidak pernah rela
Kamu duduk sendiri kesepian
Dengan cita rasa kopi
Yang kamu pegang erar-erat sendiri...
Berbahagialah.
Dengan teman di sampingmu...
‪#‎kebahagiaanmu‬ adalah kehidupanku
Tawamu adalah semangatku
Kapal api hitam
— penuh harap .


Memori itu ibarat gelas bening
Dan kamu di dalamnya
Kopi hitam..
Dan.
Rindu ini terasa sajian kopi
Mendidih dalam gelas
Seakan-akan
Hati ini menjadi gelas yang retak
Karena tak tertahankan...
‪#‎menatap‬ secangkir kopi hitam...


Aku pernah berjumpa denganmu..
Di tempat penuh cahaya
Berlapis kaca
Kau berada dalam cangkir mewah
Berlapis permata...
Kamu cappucino grande
Jika sesekali kau ingat padaku
Jumpai aku diantara
Pekerja kuli bangunan
Dekat dengan debu jalanan
Dan gelas berdebu...
Yang ramai dengan obrolan
sulitnya hidup...
Semerbak keringat dam darah
Kopi hitam...

Mencari segaris senyuman
Dalam kekosongan,
Walau belum menemukanmu
Secangkir kopi hitam...



Aku dan kamu
Memiliki waktu yg sempit
Untuk bertemu...
Maaf.
Kadang rasa itu aku
Tenggak tanpa perasaan
Karena waktu yg sempit...
Tapi
Menikmati rasa itu
Dalam deretan waktu
Sudah menjadi
Aktifitasku denganmu
Tanpa pernah ada jeda waktu
Secangkir kopi hitam

Jika menatapmu
Yang kuinginkan di masa depan adalah
Menjadi seorang guru seni rupa di
sekolah dasar
Akan aku ajak mereka mewarnai dunia
Tanpa harus berkata-kata
Kemudian sesekali menjadi
Dosen filsafat di sebuah universitas
Untuk belajar dari mereka
Tentang hidup
Sore hari
Akan kubuka kedai
Sambil menyajikan makanan
Saat pulang kerja
Kedai yang terisi buku2...
Sederhana saja
Aku dan kamu
Kisah secangkir kopi hitam
Untuk masa depan


Secangkir kopi hitam
 — mendengarkan soundtrack laskar pelangi - fatwa pujangga.

14 Februari 2015
6 jam ·

Maaf membuatmu menunggu dengan waktu yang lama
Tanpa isyarat dariku
Tetap beri kepercayaanmu
Padaku
Bahwa aku akan melihatmu bahagia
Walau saat ini aku tak disampingmu
‪#‎rindu‬ secangkir kopi hitam di gerobak nasi kuning...

Es krim magnum yang meleleh
Itulah si kopi hitam
Di detik ini...
‪#‎lenyap‬ bersama "dilan"
 — bersama Pidi Baiq III dan Pidi Baiq IV.

#februari berlalu :(