Rabu, 10 Desember 2014

FILOSOFI MALAIKAT KECIL (Eps.II)

Tuhan itu Maha Besar

Hali minggu celia beljalan-jalan dengan kelualga ada ummi L(R)ena yang cantik, Abi Danu yang baik dan wawa… yang bahagia dan penuh cuka cita

Kemalin wawa ada peel dali ibu gulu di cekolah TK nol kecil,
Peelnya adalah mencelitakan kebecalan Allah dan menggambalnya di buku gambal yang ada putli flozennya...

Dan Alhamdulillah abi mau mengajak wawa beljalan-jalan di taman bunga… deket taman nenek dan kakek… itu kata abi.

Soalnya kemalin wawa tanya ke abi “lanjut usia” itu apa abi… dan abi jawab lanjut ucia itu kaya nenek dan kakek…

Wah hebaaaat… nenek dan kakek udah punya taman, sama kaya wawa, wawa juga punya taman..

namanya “taman kanak-kanak” dicana wawa belajal loh..
Di taman lancia nenek dan kakek belajal apa yah?? Wawa jadi bingung…

“wawa sayang.. lihat disana bunga apa??” kata Rena

“hhmmm… bunga yang cantik ummi…”

“sini ummi gendong biar wawa bisa lihat dari dekat”

“ummi kenapa bunganya di gantung?” tanya wawa

“karena bunga itu tidak ditanam di tanah, sayang”

“kenapa nggak di tanah? Kata bu gulu tanah itu tempat makannya bunga ummi?” tanya wawa lagi..

“ya sayang, walaupun bunganya di gantung.. dia tetap di tanam di tanah, coba wawa lihat isi potnya’ kata Rena sembari mendekatkan wawa, mendekati pot gantung

“oh, ia ummi ada tanah di dalamnya… ini bunga apa namanya ummi?”

“ini bunga anggrek bulan..”

“waaww.. cantik ya, angglek bulan walnanya ungu…” ummi wawa mau jalan-jalan lagi…

“yuk sayang..” kata mas danu

“hayuuuuu…. Ceneng bica jalan-jalan cama ummi dan abi..” kata wawa yang kemudian 
menggandeng tangan rena dengan tangan kirinya dan menggandeng tangan mas danu dengan tangan kanannya…

Wawa berjalan, meloncat-loncat dalam gandengan ummi dan abinya.. sambil bernyanyi

Naik-naik ke puncak gunung
Tinggi-tinggi cekali
Kili kanan
Kuliat caja… banyak pohon pinus
Kili kanan
Kulihat caja banyak pohon pinus…

***

Setelah kami berkeliling, kami duduk di sebuah kursi panjang terbuat dari batu yang berada di area tengah taman bunga, tempat itu sangat sejuk…

Empat tahun hidup dengan mas danu adalah karunia yang sangat aku syukuri, dia seorang suami yang bisa menyeimbangkan dan melengkapi hidupku…

Ku tatap wajah teduhnya, matanya yang tenang selalu menciptakan nuansa harmoni dan getaran dalam jantungku…

Dan darinya pun, aku memiliki seorang putri manis, guru kecilku yang mengajarkan banyak hal… menuntun aku menjadi seorang yang harus terus belajar

Alhamdulillah, kumpulkan kami kelak di taman bunga firdausMu…
Doaku dalam hati dan kututup dengan senyuman

“kenapa ummi.” Tanya mas danu saat menatapku, 

aku hanya tersenyum padanya “ga bi… “

“ketampanan ku ternyata tidak pernah membuat ummi bosan ya?” katanya menggodaku

“ih.. abi, bukannya ummi yang manis yang membuat abi tak berkutik”

kataku yang selalu tak mau jujur. “hhaaa..” mas danu hanya tertawa

 “wawa cantik kita istirahat dan makan dulu ya….”

“holeeeee…, cosis goleng.cocis goleeeng” kata wawa bersemangat sambil menerima misting berisi nasi dan sosis gorengnya,

“mau ummi suapin ga sayang?” kataku padanya

“ga ucah ummi..” wawa membuka bekalnya dan kulihat dia sejenak berhenti, memejamkan matanya dan dari mulutnya tampak sebuah do’a dia ucapkan

Aku tersenyum kepadanya lalu dia mulai melahap isi misting itu.

“nanti setelah selesai makan, wawa…. Kerjakan PR dari bu guru.. ya” kataku padanya

“ciaaappp ummi…” teriak wawa bersemangat

Selagi wawa makan, aku ngobrol dan bercanda dengan suamiku…mendengarkan ceritanya di tempat kerja dan aku bercerita tentang wawa dan semua hal di rumah…

Wawa tak bergeming, hingga selesai suapan terakhir, dan dia pun menutup misting dan minum setengah gelas dari isi tempat minum yang aku bawa “Alhamdulillah…” katanya lega karena perutnya sudah terisi.

Ku bantu mengeluarkan buku gambar dan crayon dalam tasnya, dia pun menaikkan badannya ke atas bangku panjang yang terbuat dari batu itu…

Dan menelungkupkan badannya menghadap pada buku gambar bergambar frozen miliknya…

Aku tersenyum padanya, dia mengerutkan kening dan berfikir.. lalu mulai menggerakkan tangannya…

Aku kembali fokus pada suamiku, dan sesekali aku bercerita tentang wawa dan semua pertanyaan-pertanyaan di kelasnya, bahkan semua kebingungan bu guru menangani wawa..
Walhasil, suamiku hanya tertawa….

Wawa sesekali tersenyum, merasa bangga kalau dirinya sedang di ceritakan.. sambil tersenyum.

Kulihat tangan wawa sudah mulai mengambil crayon, lalu aku pun mendekati dia untuk dapat melihat hasil gambarnya…

“wawa gambar apa?” tanyaku padanya

Dia menunjukkan isi gambarnya.. “ini ummi..”katanya

Saat melihat isi gambarnya aku dan mas danu merenggut….

“wawa cantik, itu gambar apa?” tanya suamiku

“wawa gambal kebecalan Allah… peelnya itu kata bu gulu”

aku berusaha berimajinasi dan melihat isi gambarnya wawa,
heran, hanya sebuah titik hitam di tengah-tengah sebuah garis yang berliku-liku melingkari titik itu, lalu di tepian ujung garis wawa mewarnai nya dengan warna biru muda…

“wawa gambar apa itu sayang? Bunga?” tanyaku. Gambar itu pun di ambil oleh suamiku lalu diperhatikan dengan seksama

Wawa tersenyum puas karena melihat kedua orang tuanya tampak bingung

“wawa gambal kebecalan Allah, jadi wawa gambal titik ini… titik ini wawa, nah galis-galis ini tangannya Allah dan yang belwalna bilu itu langit…. Allah lagi menggendong wawa dengan tangan becalnya, caking becalnya, cukup catu tangan aja yang menggendong wawa, dan wawa cakinga kecilnya sepelti titik ini ummi..” katanya

“Subhanallah…, wawa..hhmm” aku terkejut dengan penggambarannya, aku menatap mas danu, meminta bantuan kepadanya untuk menjelaskan, suamiku itu pun hanya tersenyum…
“bagus sekali gambarnya…. Abi boleh nambahin ga? coba di balik gambarnya wawa… wawa gambar kehebatan Allah SWT pada saat Allah membuat wawa, jadi sekarang, Wawa gambar wajah wawa di belakangnya.. oke!” kata suamiku…

“holeeee.. ciaapp…” kemudian wawa pun menggambar dia dan kedua orang tuanya berjalan-jalan di taman bunga.

Gambar keduanya yang dibuat di belakang gambar pertama itu menunjukkan seorang anak kecil yang sedang di hapit oleh seorang ibu dan ayahnya, samping kiri kananya ada berbagai bentuk abstrak tanaman dan bunga-bunga.

Setelah wawa selesai menggambar dan mewarnai, Rena membereskan barang-barang untuk kemudian bersiap pulang.

Saat memasukkan gambar buatan wawa ke dalam tas, dia menatapnya sejenak. Dan tersenyum.

 Betul wawa sayang, kita manusia hanya sebuah titik kecil dari Kebesaran Allah SWT, kita mungkin saja terjatuh dalam putaran semesta ini, saking kecilnya kita, Tapi Allah SWT senantiasa menggenggam kita dan melindungi kita.

Terima kasih guru kecilku, lindungilah kami terus dalam genggamanmu… amiin.
Persis seperti gambar tadi, seorang anak di hapit oleh kedua orang tuanya dan pergi meninggalkan taman bunga, semakin jauh gambar mereka semakin tak tampak
dan hanya gelap dari jauh….

Dengan warna-warni bunga di sepanjang jalan…


abstak

2 komentar: